seputar – Jakarta | Di awal-awal pandemi, infeksi virus Corona COVID-19 identik dengan demam. Pengukuran suhu di mana-mana sebagai deteksi awal agar tak kecolongan.
Namun dokter mengingatkan, berbagai varian baru sedikit banyak telah mengubah sifat virus serta dampaknya. Demam kini tidak lagi mendominasi, terlebih setelah varian Delta atau B1617.2 menyebar ke mana-mana.
“Varian Delta memunculkan gejala-gejala yang sedikit berbeda. Benar, di tahun lalu sampai awal tahun ini lebih identik dengan demam. Tapi sekarang ini lebih identik dengan sakit tenggorokan di awal (infeksi), kemudian hilang penciuman (atau) pembau. Kemampuan itu beberapa hari akan terganggu,” terang praktisi kesehatan dr Andi Khomeini Takdir, SpPD, dikutip dari detikhealth, Kamis (1/7/2021).
Menurut dr Koko, sapaannya, gejala yang kini lebih banyak ditemukan adalah napas yang lebih berat. Bahkan dalam beberapa kasus, membutuhkan pertolongan dari tenaga kesehatan.
“Sebisa mungkin teman-teman yang isolasi mandiri jangan isolasi tanpa pengawasan,” pesan dr Koko.
Beragam varian baru virus Corona memang terus bermunculan, terbaru ada varian Lambda atau C37 yang teridentifikasi pertama kali di Peru. Namun menurut dr Komeini, varian apapun yang muncul sebenarnya bisa ditangkal dengan cara yang sangat simpel tapi kerap dilupakan.
“Varian apa pun yang kemudian nanti dirilis, kuncinya sebenarnya sederhana, masker. PR-nya kita sudah tahu, itu masker 2 lapis punya proteksi 90 persen which is lebih bagus, lebih tinggi daripada hanya 1 (lapis masker),” tegas dr Koko.(detikhealth)