seputar-Jakarta | Ilmuwan asal Indonesia, Carina Citra Dewi Joe didapuk mewakili tim pembuatan vaksin Oxford-AstraZeneca untuk Covid-19.
Carina dipilih mewakili tim Oxford AstraZeneca untuk menerima penghargaan ini lantaran ia dinilai sangat berkontribusi pada terciptanya vaksin AstraZeneca.
Carina disebut akan mewakili tim untuk menerima penghargaan Pride of Britain di London pada akhir pekan ini. Penghargaan Pride of Britain merupakan salah satu penghargaan yang didapat tim pengembang vaksin Oxford AstraZeneca yang disebut menjadi vaksin paling banyak didistribusikan di dunia.
Dilansir dari laman resmi, penghargaan Pride of Britain merupakan acara penghargaan terbesar di Inggris yang telah berlangsung sejak tahun 1999. Penganugerahan pemenang dilaksanakan setiap November di kediaman Grosvenor di London.
Pemenang pada penghargaan ini berasal dari puluhan ribu nominasi publik dan cerita individu yang memiliki capaian besar dalam menjadikan dunia menjadi tempat yang lebih baik.
Ketua tim manufaktur, Dr. Sandy Douglas mengatakan formula ‘dua sendok makan sel’ yang ditemukan oleh Carina menjadi landasan dalam produksi massal vaksin Oxford AstraZeneca.
Formula ’30 mililiter sel’ atau ‘formula sendok makan sel’ yang membuat Carina menjadi salah satu figur dalam terciptanya vaksin AstraZeneca ditemukannya pada 15 Januari 2020. Temuan tersebut memungkinkan produksi vaksin lebih banyak 10 kali lipat dengan menggunakan sel hanya sekitar dua sendok makan.
Kemudian melalui percobaan awal tersebut, jumlah sel ditingkatkan terus hingga mencapai skala produksi besar yang didukung juga melalui kerja sama dengan berbagai laboratorium di seluruh dunia.
Publikasi ilmiah terkait formula ’30 milimeter sel’ yang ditemukan Carina akan diterbitkan Universitas Oxford pada bulan November mendatang.
Sandy mengatakan berkat upaya Carina dan kerja keras semua seluruh anggot tim, mereka dapat memberikan vaksin untuk dunia.
“Dengan kombinasi upaya Dr Carina Joe untuk meningkatkan proses manufaktur dan komitmen serta kerja keras rekan-rekan kami di AstraZeneca dan semua mitra kami lainnya, kami mampu memberikan vaksin untuk dunia, dibuat di berbagai penjuru dunia, dengan harga semurah mungkin,” kata Sandy kepada BBC News Indonesia.
Kemudian dilansir dari BBC, vaksin ini selain memiliki jangkauan paling luas, juga dapat diproduksi dengan harga semurah mungkin.
Saat ini vaksin Oxford AstraZeneca disebut memiliki lokasi produksi lebih dari selusin di lima benua, dan telah digunakan di lebih dari 170 negara, termasuk Indonesia.
Produksi vaksin biasanya memerlukan waktu setidaknya 10 tahun. Namun pada kasus pandemi Covid-19 yang memerlukan penanganan sesegera mungkin, tim dari Universitas Oxford dan AstraZeneca berhasil memproduksi vaksin ini dalam skala besar dan waktu singkat.
“Ada lebih dari 1,5 miliar dosis vaksin Oxford AstraZeneca yang didistribusikan secara global. Saya sangat bangga dengan kerja kami yang memungkinkan manufaktur vaksin dilakukan di lebih dari selusin tempat di lima benua, dengan sejumlah besar vaksin dikirim ke berbagai negara di luar Amerika Utara dan Eropa,” tambahnya.
Selain produksi kuantitas besar untuk mendukung kebutuhan vaksin di seluruh dunia, biaya produksi yang rendah juga menjadi salah satu keunggulan dari vaksin AstraZeneca uyang menggunakan formula jumlah sel sedikit ini.
“Saya rasa formula ini sangat penting [agar vaksin dapat disebar ke negara berkembang, termasuk Indonesia] dan ada dua alasan untuk itu. Pertama, jumlah vaksin yang didapat dari jumlah tertentu sel, sangat terkait dengan harga. Jadi, formula Carina ini sangat produktif sehingga [vaksin] dapat dibuat dengan harga murah,” kata Sandy
“Dan yang kedua, yang sangat penting juga adalah formula ini sangat sederhana sehingga dapat ditranfer ke berbagai fasilitas seperti Serum Institute of India, yang belum pernah memproduksi produk seperti ini sebelumnya. Namun cukup sederhana sehingga dapat dipelejari dengan cepat dan kami dapat menyerahkannya ke fasilitas manufaktur di seluruh dunia,” tambahnya. (cnnindonesia)