seputar-Medan | Sekolah IT Al Washliyah Klambir Lima terdiri dari TK dan SD yang didirikan pada 20 Januari 2018 bisa menjadi pilihan bagi orang tua dalam memberikan pendidikan terbaik untuk masa depan anaknya. Sekolah IT Al Washliyah yang berlokasi di Jalan Klambir Lima Kebun Gang.Harapan I No.8 Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu lembaga pendidikan yang memiliki fungsi ganda bagi anak didiknya.
Di sekolah ini anak usia dini pada jenjang TK sudah memiliki kemampuan tahfizh dan tahsin yang sangat baik. Pada jenjang kelas 1 siswa dengan tenang mampu menyelesaikan setengah juz sehingga pada kelas 2 dan 3 siswa sudah menyelesaikan 1 juz pada juz 30 Alquran. Sementara pada kelas 4 SD siswa sudah menyelesaikan 2 Juz pada juz 29 dan 30.
“Ekskul Robotik sudah dienyam oleh siswa berbakat robotik mulai kelas 3 SD. Unggulan sekolah ini tahfizh, tahsin dan Inggris,” kata Ketua PC Al Washliyah Klambir Lima yang juga mantan Kepala MAN 2 Medan Drs. H. Irwansyah, MA di Medan, Selasa (28/06/2022).
Karenanya ia sangat bersyukur dan merasa tidak salah pilih sekitar 4 tahun lalu memilih Dinul Akbar Nasution dan Muhammad Riyadh sebagai pengurus sekolah ini sebagai Founder. Apalagi sekolah ini mampu membuktikan tidak ada istilah “anak bodoh”.
“Jauh sebelum diberlakukannya asesmen pada sistem pendidikan yang sedang anyar di Indonesia, sekolah ini sejak 4 tahun lalu dalam tiap penerimaan siswa terbiasa menerapkan asesmen. Tidak ada pilah pilih siswa pintar atau tidak, namun tim pendidik pada sekolah ini mencatat berbagai kelebihan dan kekurangan siswa sebelum siswa memulai masa pembelajaran di sekolah untuk kemudian mampu menerapkan metode pembelajaran diferensiasi pada tiap siswa,” terang Irwansyah.
Dinul Akbar Nasution selaku Founder Sekolah IT Al Washliyah Klambir Lima mengatakan, setiap tahunnya calon wali murid harus antri sejak setahun sebelum kelas dibuka agar tidak kehabisan kuota.
“Sekolah tidak mampu menerima banyak siswa dikarenakan hanya memiliki 2 kelas pada tiap levelnya,” ungkap Dinul.
Begitupun sebut Dinul, pihaknya tidak peduli dengan segudang kelemahan di sektor fasilitas dan sarana, tetapi yang terpenting adalah pihaknya memiliki segudang potensi pendidik dan peserta didik yang siap berkontribusi untuk bangsa dan negara.
Namun pria yang pernah menjabat sebagai Marcomm Manager di salah satu group mall terbesar di Indonesia dan pernah menjabat Multi Media Manager di City Media Group ini tidak menampik bahwa sekolah yang di-inisiasinya ini kekurangan sarana prasarana yang sangat serius seperti area olahraga anak, tempat ibadah terlebih ruang kelas untuk menerima siswa tiap tahunnya
Apalagi sekolah ini belum pernah mendapat bantuan khusus dari Pemprovsu untuk pembangunan meski diakuinya sejak dua tahun lalu telah mengirimkan proposal bantuan pengadaan ruang kelas.
“Jika dibanding dengan sekolah dengan sistem pendidikan sejenisnya di kota Medan, biaya sekolah ini sangat tidak masuk akal dengan kesungguhan dan kemampuannya mencerdaskan siswa,” ungkap Dinul.
Seperti diketahui di kota Medan biaya masuk sekolah Islam swasta berkisar 6-14 juta, dengan SPP berkisar Rp500 ribu – 2 juta/bulan. Sementara sekolah ini mematok biaya SPP hanya dengan 150 – 250 ribu/bulan biaya masuk di kisaran 4 jutaan pada tahun pendidikan 2021-2022.
“Biaya masuk itu sudah termasuk biaya selama setahun belajar di sekolah ini dengan telah disediakannya buku pelajaran berkualitas platinum, english atau cambridge, dua kali study tour dalam setahun, ekskul, dan bebas biaya apapun lagi selain SPP bulanan. Hal ini bisa kami lihat dari padatnya kegiatan yang seru di akun instagram sekolah IT Al Washliyah dan facebooknya Sdit Al Washliyah,” pungkas Dinul.
Sementara itu Muhammad Riyadh, M.Pd selaku Kepala SD Al Washliyah menjelaskan, setiap wali murid di sekolah ini didorong untuk memiliki kesadaran tinggi menyekolahkan anak di tempat terbaik dan sangat penting bagi generasi bangsa, tanpa memandang kita berada di pinggiran kota Medan.
“Sebab yang terpenting adalah bagaimana anak bangsa yang datang dari desa bisa memimpin negara di masa mendatang,” ucap M Riyadh di sela-sela acara Wisuda Tahfizh ke 4 sekolah ini.
Riyadh sangat bersyukur dimana sekolah juga sangat terbantu dengan Dana BOS yang disalurkan Pemerintah, dimana 50 persen dari BOS itu untuk honor pendidik dan tenaga kependidikan yang berjumlah sekira 30 orang. Sementara sisanya mampu mengakomodir kebutuhan operasional sekolah tiap tahunnya.
Riyadh pun menambahkan seraya mengakui anggaran ini masih sangat kurang karena tenaga pendidik dan kependidikan di sekolah ini ditarget harus memiliki penghasilan minimal setara PNS namun biaya sekolah harus tetap terjangkau masyarakat agar dapat membantu pemerintah dalam percepatan peningkatan taraf pendidikan anak dan kesejahteraan guru khususnya tanpa harus ikut-ikutan berjibaku mengejar P3K atau tes CPNS.
“Setidaknya semua sekolah di kota dan desa harus punya militansi yang sama seperti itu. Ini PR besar buat pengelola sekolah dan Pemerintah,” ujarnya.(Siong)