seputar-Medan | Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi menyiapkan tiga langkah antisipasi penyebaran wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak yang sepekan terakhir menjadi perhatian secara nasional.
Saat memimpin Rapat Koordinasi Pengendalian Wabah PMK bersama para Kepala Dinas Peternakan kabupaten/kota se-Sumut, di Aula Tengku Rizal Nurdin, Rumah Dinas Gubernur, Medan, Jumat (13/05/2022), Edy menyebut ketiga langkah itu yakni Deteksi, Sosialisasi, dan Isolasi.
Hadir Pangdam I/BB Mayjen TNI Daniel Chardin, Direktur Kesehatan Hewan Ditjen PKH Kementan Nuryani Zainuddin, serta Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumut Azhar Harahap.
Edy menegaskan langkah pertama yang segera diambil untuk mengantisipasi wabah PMK adalah mendeteksi keberadaan hewan ternak seperti sapi, kerbau, dan kambing apakah ada indikasi (tanda klinis) seperti demam, nafsu makan hilang, lepuh di hidung, lidah, mulut dan kuku, air liur keluar secara berlebihan, serta keluar leleran dari hidung.
“Antisipasi sejak kemarin sudah kita lakukan dan hari ini kita mengumpulkan seluruh Kadis Peternakan. Secara tertulis kita informasikan kepada bupati dan wali kota, agar segera mengambil langkah dengan kondisi yang ada ini,” ungkapnya.
Kemudian langkah kedua adalah melakukan sosialisasi. “Sehingga masyarakat tahu harus berbuat apa dan petugas siap melakukan apa,” ujar Gubernur.
Terakhir, langkah ketiga adalah melakukan isolasi, dengan menghentikan lalu lintas hewan ternak, keluar-masuk Sumut.
Edy menyebut, berdasarkan data diketahui sebanyak 2.226 kasus terkonfirmasi PMK di Provinsi Aceh, 1.903 di antaranya terjadi di Kabupaten Aceh Tamiang, yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat, Sumut.
Khusus Sumut, ada dua kabupaten yang tercatat ditemukan dugaan kasus PMK yang masih perlu dipastikan terlebih dahulu ke Laboratorium PMK Pusat Veteriner Farma (Pusvetma). Yakni Langkat dengan total 337 kasus (hewan ternak) dari Kecamatan Besitang dan kecamatan Pematang Jaya, serta Kabupaten Deli Serdang dengan total 261 kasus dan tersebar di 5 kecamatan yakni Galang, Hamparan Perak, Pagar Marbau, Percut Sei Tuan, dan Tanjung Morawa, dengan total sebanyak 598 kasus.
“Saya mendeteksi ini harus diantisipasi. Baik perbatasan darat atau laut, seluruhnya dihentikan. Terakhir, di pasar ternak ini harus dideteksi, ditutup sementara. Tetapi bagaimana ini tidak membuat panik,” pungkas Gubernur.
Sebelumnya, dalam rakor tersebut, mentan Syahrul Yasin Limpo melalui virtual menyampaikan apresiasi kepada Gubernur Sumut yang dinilai cepat tanggap dalam mengambil langkah antisipasi kejadian wabah PMK ini.
Secara umum, kondisi ini memang mengkhawatirkan dunia, termasuk Indonesia, di mana Provinsi Aceh dan Jawa Timur menjadi yang terbanyak kasus terkonfirmasi ditemukan yakni 2.226 dan 2.917 kasus (data Ditjen PKH).
“Apapun langkah yang akan dilakukan Pemprov Sumut, kami dari Kementerian akan membantu sepenuhnya. Intinya jangan panik. Karena baru satu pekan ini kita tangani kematiannya (tergolong) kecil. Jadi jangan membuat seolah ini mengerikan. Bahwa wabah itu ada, tetapi semuanya bisa disikapi. Mari kita mengadaptasi tangangan dan wabah itu,” jelas Mentan.
Untuk itu, mentan berharap Gubernur Sumut bisa menghimpun upaya antisipasi dimaksud. Sehingga tidak ada yang memberikan informasi sendiri-sendiri, dengan mengutamakan validasi data, serta kerja sama yang kuat setiap daerah dan unsur.
“Karena itu ada Satgas tingkat nasional. Dan kami harapkan untuk tingkat provinsi dan kabupaten kota juga dibentuk. Kepada Direktorat Jenderal kami harapkan selalu berkomunikasi dengan Gubernur untuk pengobatannya. Termasuk vaksin lokal atau nasional, akan kita buat,” jelas Syahrul yang menegaskan tidak perlu membeli vaksin.
Mentan juga meminta agar tidak mendramatisir keadaan, yang akan berdampak pada terganggunya tata niaga. Mengingat saat ini sudah mendekati momentum Iduladha (Hari Raya Kurban). Sehingga untuk kebutuhan hari raya nanti, ia meminta mempersiapkan hewan yang sehat. (RIL)