seputar-Jakarta | Kartel narkoba telah mengacaukan aktivitas produksi minyak di Kolombia. Kekerasan yang melibatkan kelompok kriminal telah mengganggu eksplorasi minyak.
Kolombia mengandung 23 cekungan sedimen yang enam di antaranya menjadi tulang punggung produksi minyak Negara Andes itu. Wilayah tersebut adalah Caguán-Putumayo di darat, Catatumbo, Cordillera Timur, Llanos Timur, Lembah Magdalena Tengah, dan Cekungan Lembah Magdalena Atas.
Banyak dari cekungan itu terletak di daerah budidaya utama koka, dengan daun tanaman koka menyediakan alkaloid yang diekstraksi untuk membuat narkoba jenis kokain hidroklorida. Zat ini merupakan titik panas konflik sipil di Kolombia.
“Wilayah Catatumbo timur laut, yang berisi Cekungan Catatumbo, terletak di Departemen Norte de Santander di perbatasan dengan Venezuela adalah daerah penghasil koka terbesar kedua di Kolombia,” ujar media Oilprice, Jumat (2/12/2022).
Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC) memperkirakan bahwa selama tahun 2021 terdapat 105.000 acre yang dibudidayakan koka di Catatumbo. Ini terhitung lebih dari seperlima dari 504.000 acre yang dialokasikan untuk menanam tanaman tersebut secara nasional.
Areal ini memiliki potensi untuk menghasilkan hingga 238.000 metrik ton daun koka segar. Pada gilirannya itu cukup untuk memproduksi hingga 705.000 kilogram kokain hidroklorida dengan kemurnian 100%.
“Bentrokan antara kelompok bersenjata ilegal yang berjuang untuk menguasai perdagangan kokain di Catatumbo begitu parah sehingga wilayah itu sekarang identik dengan gelombang kekerasan yang melanda Kolombia,” tambah OilPrice lagi.
Sebenarnya, Bogota telah berhasil menerapkan kesepakatan damai. Namun, berbagai kelompok bersenjata ilegal, termasuk yang mengendalikan kokain, tidak menerima perjanjian damai 2016.
Gerombolan kriminal itu juga terlibat dalam pencurian minyak bumi. Di masa lalu, mereka telah meraup keuntungan luar biasa dari memeras perusahaan energi dan menculik karyawannya. (cnbcindonesia)