seputar-Jakarta | Gaji tukang las ini tidak main-main, jika sedang ramai bisa mencapai Rp70 juta per bulan. Tergantung durasi dan kerumitan proyek yang dikerjakannya.
“Per bulan kasarannya bisa sekitar antara range Rp10-30 juta. Tergantung proyek berapa lama dia bekerja. Bisa sampai Rp60-70 juta,” tutur Penyelam komersial Opank alias Ahmad Maulana dalam program Viral di detikcom, dikutip Minggu (26/9/2021).
Tukang las yang dimaksud di sini adalah yang bekerja di bawah laut. Jika ada masalah seperti kabel Jasuka yang terganggu, mereka lah yang akan turun ke bawah laut untuk memperbaikinya.
“Ada pemasangan pipa, pengelasan juga, dan lain-lain,” tutur Opank menjelaskan apa saja yang bisa dilakukannya sebagai penyelam komersial.
Gaji yang besar sesuai dengan resiko yang dihadapi penyelam komersial ini. Opank mengatakan sebelum turun ke laut, penyelam harus dipastikan dalam keadaan sehat jasmani dan mental. Jika ada masalah, maka penyelaman harus dibatalkan.
“Harus prima. Harus, harus. Satu yang wajib dilakukan adalah screening di kesehatan. Kita harus melakukan tahapan. Uji fisik, uji lab, kayak medical check up setahun sekali. Jadi memang ada halangan jadi nggak bisa nyelam. Kita lagi flu itu pasti nggak bisa diving. Nggak boleh nyelam. Gangguan psikologis, misalnya ada pikiran rumah atau gimana kadang kita juga nggak boleh untuk diving,” ungkap Opank.
Kondisi lapangan yang tidak bisa ditebak juga bisa membuat nyawa tukang las bawah laut terancam. Dan jangan lupa alat-alat selam yang mumpuni ketika turun ke dalam laut.
“Tiba-tiba cuaca buruk, Tiba-tiba arus kencang, datang tidak bisa diduga. Kita harus siap situasi seperti itu. Kegagalan mesin bisa juga terjadi,” tutur pria yang sudah menekuni profesi ini sejak tahun 1998.
Teror Makhluk Kedalaman Laut
Tukang las bawah laut punya banyak tantangan dalam menjalankan tugasnya. Salah satunya menghadapi gangguan makhluk bawah laut ketika sedang bekerja.
“Sering sih kadang alat kerja kita memancing ikan besar untuk berkumpul. Ikan-ikan datang menghampiri kita. Jadi pecah konsentrasi juga,” kata Opank.
Ikan-ikan besar yang dimaksud termasuk jenis predator seperti hiu. Jika keadaan tidak aman, pekerjaan di bawah laut bisa dihentikan dulu sementara.
“Kalau memang terlalu bahaya kita tinggalkan pekerjaannya. Tunggu sampai tidak ada gangguan dari ikan lain,” tuturnya.
Alat selam penyelam komersial berbeda dengan penyelam biasa. Mereka terhubung dengan kru di permukaan air dengan selang khusus.
“Alatnya lebih rumit. Kita memakai helm yang ada selangnya. Selang penghubung kita ke permukaan. Saluran udara, saluran CCTV, lampu, tali penyelamat dan lain-lain. Tabung udara tetap dibawa tapi hanya untuk emergency,” tutur Opank.
Menurut Opank, tukang las bawah laut saat ini butuh regenerasi karena sudah banyak yang tua. Jumlah yang Opank tahu dalam komunitasnya hanya berjumlah 500 orang se-Indonesia. Memang butuh effort lebih karena harus ada pelatihan khusus yang sukar dicari tempatnya di Indonesia demi mendapat lisensi penyelam komersial.
“Yang pasti berbadan sehat, kemudian sudah mempunyai basic penyelaman. Penyelaman dengan scuba tadi, setelah punya itu bisa mencari source tempat pendidikan commercial diving. Dulu saya negara. Sekarang agak susah cari di sini (tempat pendidikan, red),” ujarnya. (detik)