seputar-Jakarta | Ketua Dewan Pertimbangan Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof Zubairi Djoerban, menegaskan varian Mu tidak lebih berbahaya dibandingkan varian Delta. Buktinya, sudah lebih dari tujuh bulan beredar, prevalensi varian Mu di dunia hanya 0,1 persen.
Artinya, varian Mu hanya ditemukan pada 1 orang dari 1.000 penduduk. Varian Mu ditemukan pertama kali di Kolombia pada awal Januari 2021.
“Varian Mu sampai sekarang tidak ada bukti bahwa lebih berbahaya jika dibandingkan dengan varian Delta,” katanya, Rabu (8/9/2021).
Meski tidak berbahaya, Prof Zubairi mengajak semua pihak tetap waspada terhadap varian Mu. Namun, dia mengingatkan masyarakat untuk tidak khawatir berlebihan.
“Kita sama sekali tidak perlu khawatir, namun hati-hati karena siapa tahu kemudian menjadi mutasi baru lagi,” ucapnya.
Data 6 September 2021, varian Mu belum terdeteksi di Indonesia. Prof Zubairi menyebut ada tiga hal yang perlu dilakukan pemerintah untuk mencegah masuk dan meluasnya varian Mu di Indonesia.
Pertama, melakukan monitor dan evaluasi jumlah kasus positif dan kematian Covid-19 harian. Kedua, mengajak masyarakat mematuhi protokol kesehatan dengan baik dan benar. Ketiga, mempercepat vaksinasi Covid-19.
“Bagaimanapun vaksinasi mampu mencegah varian baru walaupun efektivitasnya akan turun,” pungkas Prof Zubairi.
Sebelumnya, Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes), Dante Saksono Harbuwono mengatakan varian Mu memiliki karakter resisten terhadap vaksin. Karakter ini diketahui berdasarkan pemeriksaan laboratorium.
“Tapi itu dalam konteks laboratorium bukan dalam konteks epidemiologi,” katanya dalam konferensi pers, Senin (6/9).
Sementara Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Alexander K Ginting mengatakan varian Mu dan varian C.1.2 asal Afrika Selatan bisa menyerang organ manusia secara sistemik.
“Ada dari Afrika maupun Kolombia mengatakan bahwa ini menyerang manusia, menyerang paru-paru dan menyerang secara sistemik,” katanya dalam diskusi, Selasa (7/9).
Gejala yang ditimbulkan varian baru ini berbeda dengan sebelumnya. Gejala akibat Covid-19 yang terjadi selama ini umumnya anosmia, demam, dan batuk pilek.
“Bisa saja nanti terjadi tidak ada lagi batuk pilek, tidak ada lagi demam, tiba-tiba ada diare ataupun tiba-tiba dia merasa sesak, kekentalan darah tinggi,” jelasnya. (merdeka)