seputar – Medan | Puluhan pengungsi Afghanistan menggelar aksi unjuk rasa di Konsulat Jenderal Amerika Serikat yang berkantor di gedung Uniland Plaza, Kota Medan, Selasa, 12 Oktober 2021. Mereka menuntut agar negara adidaya itu membantu keberangkatan mereka ke Amerika Serikat.
“America, America. Help us, help us. Reshettlement, reshettlement. Hazara is not safe,” teriak massa serentak dalam aksi unjuk rasanya.
Koordinator aksi, Muhammad Juma, mengatakan mereka sudah tiga tahun di Kota Medan namun tidak ada kejelasan kapan akan dikirim ke negara ketiga.
“Aksi damai ini bukan pertama kali kami laksanakan. Ini sudah yang ketiga tahun ini. Kalau dari 2019 sampai sekarang sudah lima kali,” kata Juma.
Minta AS Tanggung Jawab
Konjen Amerika dipilih mereka sebagai sasaran aksi, lantaran selama ini mereka sudah berunjuk rasa ke Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR). Namun, tidak ada kejelasan dan solusi diberikan kepada mereka.
“Ini Konsulat Amerika yang juga bertanggung jawab atas pengungsi. Karena Amerika sudah menandatangani konvensi 1951. Itu artinya, Amerika sudah bertanggung jawab, dan bisa menerima pengungsi,” kata Juma.
Para pendemo ini tidak ingin kembali ke negaranya. Karena pemerintah saat ini dikuasai oleh Taliban.
“Suku Hazara ini sekarang tidak aman. Kalau kita masuk ke negara, kalau mereka tau identitas kita suku Hazara, mereka pasti akan bunuh. Di beberapa provinsi, mereka mencara Hazara,” tutur Juma.
Banyak pengungsi sudah hidup di Indonesia selama 10 tahun. Tak sedikit pengungsi yang kesehatan mentalnya terganggu.
“Sampai sekarang, 14 orang sudah bunuh diri. Di Pekanbaru sudah menjahit mulut, karena sudah stres. Dia sudah menyerah. Tanpa ada HAM, tanpa belajar, tanpa ada ke lua kota,” kata Juma.
Juma sendiri datang ke Indonesia pada 2011 lalu. Dia masuk secara ilegal.
Dari negaranya, dia menumpangi pesawat ke Thailand. Dari sana, dia kemudian masuk ke Malaysia dengan bus. Hingga dia naik kapal lewat pelabuhan tikus dan berhasil masuk ke Batam, Kepulauan Riau.(viva)