seputar – Jakarta | Sebuah laporan CNN pada bulan Mei mengutip para ahli medis AS yang mengatakan bahwa hasil yang dikeluarkan oleh tim peneliti Tiongkok dalam laposan hasil uji klinis terhadap vaksin covid-19 bukanlah tanda keselamatan yang baik dan mereka merekomendasikan agar para peneliti CanSino untuk menghentikan upaya mereka.
Namun para sukarelawan Tiongkok yang berpartisipasi dalam fase satu dan dua uji klinis juga keberatan dengan laporan media Barat yang terlalu mempermasalahkan efek samping dari vaksin yang dikembangkan Tiongkok.
Seorang sukarelawan berusia 18 tahun untuk Ad5-nCoV Huang Shiyue mengatakan kepada Global Times bahwa untuk sebagian besar sukarelawan dalam kelompoknya, demam biasanya hilang dalam waktu 48 jam dan efek samping lainnya telah hilang 14 hari setelah injeksi.
Huang merasa pusing dan mengalami peningkatan denyut jantung serta diare setelah suntikan, tetapi pulih dalam waktu seminggu.
“Tim peneliti memberi tahu kami secara terperinci tentang kemungkinan reaksi merugikan sebelum kami disuntik sehingga kami tidak terlalu khawatir karena semua orang mendapat informasi,” kata Huang.
“Para peneliti terus melacak dan melakukan kontak online dengan setiap sukarelawan tentang reaksi apa pun setelah vaksinasi.” tandasnya.
Meskipun skeptis dan pesimisme dari media Barat, para ahli vaksin menyarankan masyarakat untuk tidak panik atas efek samping yang terungkap dalam hasil awal dari vaksin coronavirus yang dikembangkan oleh Tiongkok karena efek samping dalam batas bisa ditoleransi.
Tiongkok tidak mengkomersilkan Vaksin ini. Negara manapun yang berminat atas vaksin ini, dipersilahkan ikut bergabung dengan Tiongkok dalam kerjasama. Namun harus melakukan uji klinis fase tiga.
Artinya tiap negara punya hak melakukan uji klinis terhadap masyarakatnya sebelum vaksin itu di produksi.
Di Indonesia, PT Bio Farma (Persero) pada Juli tahun ini mulai melakukan uji klinis ketiga untuk vaksin Covid-19. Akan memakan waktu hingga enam bulan terhitung sejak Juli 2020. Jika uji klinis ini sukses, pada awal 2021 Indonesia sudah memiliki vaksin untuk virus corona.
Tiongkok membuka formula vaksin itu dan memberikan hak kepada Indonesia ( termasuk negara lain yang berminat ) untuk memproduksi sendiri.
Bagaimana dengan bahan baku? kemungkinan sebagian besar berasal dari Tiongkok dan ini harus beli tentunya. Diperkirakan harga jual vaksin akan sangat murah. Karena tidak komersial, terutama biaya riset tidak ada, dan tanpa paten.
Dampak dari vaksin temuan perusahaan bioteknologi Tiongkok, Sinovac Biotech Ltd, (SVA), maka rumor mengatakan bahwa COVID-19 akan mendatangkan bisnis vaksin multimiliar dollar, kini terbantahkan.
Namun issue negatif atas vaksin ini akan terus bergaung, terutama datang dari media barat yang mewakili kepentingan perusahaan pharmasi yang akan siap meluncurkan vaksin dengan harga komersial.
Tetapi kembali kepada konsumen. Mau terima vaksin dengan paten atau tanpa paten. Tugas pemerintah harus memastikan vaksin itu tidak berdampak buruk bagi kesehatan manusia dan efektik menangkal Covid-19.(CNNI/Kaskus/Babo)