seputar-Jakarta | Kementerian Pendidikan Tiongkok mewajibkan sekolah dasar dan menengah mulai menggunakan buku teks “Pemikiran Xi Jinping tentang Sosialisme dengan Karakteristik Tiongkok untuk Era Baru” mulai September mendatang.
Aturan baru yang diumumkan pada pekan lalu itu sejalan dengan panduan terbaru Partai Komunis Tiongkok yang berfokus memperkuat loyalitas tak hanya anggotanya, tapi juga masyarakat Tiongkok secara luas, terhadap ideologi negara.
Usai merayakan ulang tahun ke-100 tahun beberapa waktu lalu, Partai Komunis Tiongkok mulai memprioritaskan misi barunya untuk memperketat kontrol ideologi terhadap 1,4 miliar warga Tiongkok.
Partai Komunis baru merilis panduan baru propaganda politiknya yang tak hanya menargetkan para anggotanya, tapi juga seluruh masyarakat Tiongkok.
Di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping, partai tersebut memang menerapkan doktrin dan propaganda ideologi paling keras dalam beberapa dekade terakhir.
Selama memimpin Partai Komunis dan Tiongkok, Xi terus menyerukan rasa nasionalisme yang agresif kepada partai dan warganya hingga menghambat kebebasan akademik serta pers demi menghalau ancaman infiltrasi ide-ide Barat.
Rezim Xi juga terus berupaya membungkam perbedaan pendapat. Meski begitu, Partai Komunis disebut masih khawatir bahwa rakyat Tiongkok tidak memiliki loyalitas ideologis dan politik yang cukup.
“Karya ideologis dan politik adalah tradisi partai turun-temurun, perbedaan karakteristik dan keuntungan politik yang unggul adalah garis hidup hasil kerja keras partai. Ini memiliki pengaruh signifikan pada nasib masa depan partai, stabilita sjangka panjang negara, dan kohesi, dan persatuan bangsa,” bunyi panduan terbaru partai seperti dikutip dari CNN.
Fokus utama panduan tersebut adalah mempromosikan “Pemikiran Xi Jinping tentang Sosialisme dengan Karakteristik Tiongkok untuk Era Baru,” salah satu doktrin politik yang dimasukkan dalam konstitusi partai pada 2017 lalu.
Sejak itu, doktrin Xi terus dipelajari oleh kader partai di berbagai pertemuan yang khusus mengajarkan filosofi partai.
Sebelum Xi, pemikiran pemimpin Tiongkok yang pernah dimasukkan dalam konstitusi Partai Komunis hanyalah Mao Zedong dan Deng Xiaoping.
“Dan sekarang, partai ingin masyarakat luas meningkatkan “rasa identitas politik, ideologis, teoretis, dan emosional mereka dengan ideologi Xi,” bunyi kutipan panduan tersebut.
Selain sekolah dasar dan menengah, lusinan universitas di Tiongkok juga telah meluncurkan kursus pengantar tentang doktrin Xi Jinping
Galang Loyalitas
Bulan lalu, Komite Sentral Partai menyetujui tujuh pusat penelitian baru tentang ideologi Xi. Dengan begitu sejauh ini ada total 11 lembaga penelitian yang khusus didirikan untuk membedah ideologi pemimpin Tiongkok tersebut.
Belasan pusat penelitian ini didirikan oleh lembaga pemikir hingga universitas terkemuka yang berkolaborasi dengan pemerintah pusat.
Sebagai contoh, pekan lalu Kementerian Ekologi dan Lingkungan Tiongkok meresmikan penelitian soal “Pemikiran Xi Jinping tentang Peradaban Ekologis.”
Sebelum itu juga ada beberapa studi seperti penelitian soal “Pemikiran Xi Jinping soal Diplomasi”, “Pemikiran Xi Jinping soal Aturan Hukum” dan lainnya.
Seorang analis politik di Beijing, Wu Qiang, mengatakan kampanye itu adalah bagian dari langkah Xi untuk mengkonsolidasikan kekuasaan dan menggalang dukungan publik sebelum Kongres Partai Komunis ke-20 tahun depan.
Pada pertemuan itu, Xi diperkirakan akan mempertahankan posisinya sebagai Presiden Tiongkok sekaligus pemimpin partai untuk kali ketiga.
“Ada banyak spekulasi mengenai apakah doktrin Xi akan secara resmi diangkat menjadi ‘Pemikiran Xi Jinping’ pada Kongres ke-20, dan semua pekerjaan ideologis dan politik menyiapkan panggung untuk itu,” kata Wu.
Ahli politik dan hukum Tiongkok di Universitas Wina, Ling Li, mengatakan tak seperti era pendahulunya, Mao Zedong, saat ini rezim Xi Jinping dihadapkan pada tantangan teknologi informasi terlepas dari upaya pemerintah Tiongkok melakukan penyensoran.
“Oleh karena itu, jika Partai Komunis bertekad untuk keluar dari pertempuran informasi sebagai pemenang, sangat penting untuk merekonstruksi lensa yang digunakan orang untuk membaca dan menafsirkan informasi sehingga orang selalu dapat mencapai kesimpulan yang ‘benar’ bahkan ketika terpapar informasi tanpa sensor,” kata Ling.
Dan untuk melakukan itu, Partai Komunis berupaya memperketat ideologi di semua aspek masyarakat, mulai dari pemerintah, perusahaan, sekolah, desa, dan komunitas pedesaan, perkotaan hingga internet, sesuai dengan panduan baru partai tersebut.
Perusahaan, misalnya, diperintahkan menggabungkan ideologi dan politik partai dengan kegiatan usaha sehari-hari mulai dari produksi, operasi, manajemen, hingga pengembangan sumber daya manusia
“Sehingga karyawan dapat “menyelesaikan keraguan ideologis, menghilangkan kekhawatiran spiritual, memuaskan dahaga budaya, dan menghilangkan tekanan psikologis,” bunyi panduan tersebut.
Sementara itu di perdesaan, partai ingin membina “petani era baru dengan cita-cita dan integritas moral” yang juga “berpendidikan dan disiplin.” Beberapa desa, misalnya, menggandakan pendidikan ideologis dengan menyiarkan propaganda partai dari pengeras suara yang dipasang di atap rumah warga.
Di desa Xibaipo di provinsi Hebei yang bertetangga dengan Beijing, pengeras suara digaungkan tiga kali sehari untuk menyampaikan Pemikiran Xi Jinping, teori, dan kebijakan partai kepada penduduk desa.
Di provinsi Anhui, jenis pengeras suara propaganda ini telah ditempatkan di 10.000 desa.
“Mendengarkan pengeras suara dan mempelajari semangat pidato penting Sekretaris Jenderal [Presiden Xi Jinping] … telah menjadi tren baru di kalangan petani dan penduduk pedesaan lainnya,” klaim artikel yang dirilis situs Partai Komunis Tiongkok. (cnnindonesia)