seputar – Slovakia | Perdana Menteri (PM) Slovakia Igor Matovic mengundurkan diri pada Selasa waktu setempat. Motavic melepas jabatannya usai kritik keras atas keputusannya membeli vaksin COVID-19 Sputnik V dari Rusia.
Dilansir AFP, Rabu (31/3/2021) Presiden Slovakia Zuzana Caputova menominasikan Menteri Keuangan Eduard Heger untuk menggantikan Motavic dalam upacara di kota Bratislava yang disiarkan langsung di televisi Slovakia.
“Ketika satu tahun mengambil sepuluh tahun hidupmu… Itu adalah suatu kehormatan dan terima kasih,” tulis Motavic di Facebook sebelum upacara.
Slovakia menjadi negara dengan tingkat kematian COVID-19 tertinggi di dunia, Slovakia terjebak dalam ketegangan politik sejak Motavic mengumumkan pengiriman vaksin Sputnik V pada 1 Maret.
Motavic yang merupakan mantan pengusaha di industri penerbitan itu menjabat sejak tahun lalu setelah mengalahkan seorang populis yang memerintah pada platform anti-korupsi.
Selama pandemi Corona di Slovakia, Matovic dikritik dan dituduh melakukan komunikasi yang buruk. Serta salah langkah dalam mengambil keputusan politik.
Keputusan Motavic untuk membeli vaksin Sputnik V terbukti sangat memecah belah. Mantan menteri luar negeri Ivan Korcok menyebut vaksin itu sebagai “alat perang hibrida”.
Pengamat politik yang berbasis di Bratislava, Pavol Babos, mengatakan Heger “kurang emosional” dibandingkan Matovic tetapi masih setia kepadanya. Heger sama seperti Matovic, adalah mantan pengusaha dan anggota partai OLaNO, dipandang pragmatis dalam berpolitik.
Namun, para pengamat mengatakan bahwa pandangan Kristen yang dipegang Heger dapat menciptakan ketegangan dengan kaum liberal dalam koalisi. Pria berusia 44 tahun itu dinilai harus membangun konsensus dalam kelompok empat partai dalam beberapa hari mendatang sebelum meminta persetujuan parlemen untuk menjadi PM.
Dia diharapkan untuk memperkenalkan calonnya untuk pemerintahan baru ke Caputova pada Selasa malam.
Menurut media lokal, sebagian besar menteri yang menjabat di kabinet saat ini diperkirakan akan kembali, termasuk mereka yang mengundurkan diri dalam beberapa minggu terakhir karena peningkatan krisis politik.(detik)