seputar-Medan | Memasuki larangan mudik yang diterapkan pemerintah membuat sejumlah sopir bus angkutan menjadi pengangguran. Para sopir yang menggantung hidupnya dari belakang kemudi bus angkutan transportasi antar provinsi kini harus berutang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Berlin Gultom, salah seorang supir Bus Makmur mengatakan, saat ini untuk memenuhi dapur rumah tangganya, ia harus kembali berutang kepada seseorang yang ingin memberi pinjaman kepadanya.
“Kami untuk memenuhi kebutuhan hidup berutang kepada orang, kadang pun menjual barang yang ada di rumah,” ucapnya di gudang Bus Makmur, Jalan Tritura simpang Jalan STM, seperti dilansir dari laman digtara, Kamis (6/5/2021).
Mirisnya, hutang keluarganya kepada orang lain pada waktu tahun lalu belum tertutupi, dan di tahun ini harus terpaksa kembali berhutang.
Dikatakannya, larangan mudik yang ditetapkan oleh pemerintah membuat para sopir harus gigit jari.
Pasalnya, momen seperti menjelang Hari Raya Idul Fitri merupakan waktu ‘panen’ bagi para sopir untuk menambah penghasilan karena banyaknya masyarakat yang mudik.
“Di saat ini kita panen, dalam artian banyak penumpang. Tapi kita dilarang untuk beroperasional. Tahun lalu 3 bulan kami berhenti beroperasi. Nah tahun ini, 2 minggu menjelang lebaran kami dilarang juga untuk beroperasi,” keluhnya.
Para sopir bus hanya dapat mengelus dada dan menerima kenyataan yang sedang dijalaninya. Bahkan, untuk menambah pengasilan diluar profesinya sebagai sopir bus sulit untuk dilakukan, karena hanya skill mengemudi yang mereka punya.
Berlin beserta sopir bus lainnya hanya berharap bantuan dari pemerintah untuk membantu kehidupannya sehari – hari dalam menghidupi istri dan anaknya.
“Kami sangat berharap bantuan sembako dari pemerintah. Kadang pun kami harus berhutang kepada orang lain. Apalagi lock down selama 3 minggu ini, ya kami terpaksa berhutang lagi,” harapnya.(digtara)