seputar-Medan | Sebanyak tiga orang korban tertimbun longsor di area proyek pembangunan PLTA Batang Toru, Desa Marancar, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, ditemukan dalam kondisi meninggal dunia. Sementara sembilan orang korban lainnya masih dilakukan pencarian oleh tim gabungan.
Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) BNPB menyebutkan bencana tanah longsor tersebut terjadi dipicu hujan dengan intensitas tinggi pada Kamis (29/4/2021) pukul 18.00 WIB di wilayah Kecamatan Batang Toru.
“Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tapanuli Selatan bersama TNI, Polri serta tim gabungan masih melakukan pencarian korban yang tertimbun longsor hingga saat ini menggunakan alat berat,” Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati dalam keterangan tertulisnya, Jumat (30/4/2021).
Selain itu, kerugian materil akibat peristiwa tersebut masih dalam pencatatan lebih lanjut oleh BPBD setempat.
Berdasarkan analisis InaRisk, Kabupaten Tapanuli Selatan memiliki potensi bahaya bencana tanah longsor tingkat sedang hingga tinggi yang berdampak pada 14 kecamatan.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau bagi masyarakat untuk tetap waspada terhadap bencana yang dipicu oleh faktor cuaca dengan melakukan rencana mitigasi dan kesiapsiagaan sesuai potensi bencana yang ada di wilayahnya.
Proses evakuasi korban tertimbun tanah longsor di lokasi proyek pembangunan PLTA Batang Toru, terus dilakukan. Ada 70 personel gabungan dari TNI, Polri, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), aparat kecamatan, dan pengawas perusahaan, yang ikut mencari.
“Dari TNI ada 25 orang, Polri 25 orang, BPBD Tapsel 10 orang, kecamatan 10 orang tambah pengawasan perusahaan,” kata Communication and Extrrnal Affair Director PT Norrth Sumatera Hydro Energy (NSHE), Firman Taufick, dalam keterangannya, Jumat (30/4/2021).
Dijelaskan, lokasi longsor di proyek pembangunan PLTA Batang Toru Jalan R17 K4+100 Brigade 6 pada Kamis (29/4/2021) sekitar pukul 18.20 WIB bersamaan hujan sejak pukul 14.00 WIB.
Taufick menceritakan, awalnya karyawan K3 Sinohydro bernama Dolan Sitompul menemani dua karyawan Sinohydro (warga asing) bernama Long Quan dan Xie ke lokasi kejadian menggunakan mobil dobel cabin.
Banjir Lumpur
Saat karyawan itu sedang melakukan pengecekan dan mendokumentasikan banjir lumpur setinggi 50 cm akibat guyuran hujan, tiba-tiba terjadi bencana dan menggulung mereka.
“Xie yang ada dalam mobil meloncat dan berhasil lolos dari maut setelah menyadari adanya longsor. Lalu lari menyelamatkan diri. Ling Quan dan Dolan tergulung longsor,” katanya.
Sesaat itu pula tanah longsor meluncur dan menyapu sebuah kedai kopi milik Anius Waruwu yang tepat berada di bawahnya. Sampai saat ini tim teknis lapangan terus melakukan pencarian terhadap korban untuk dievakuasi.
“Kami berharap proses pencarian korban bisa berjalan lancar. Pihak perusahaan akan berusaha semaksimal mungkin. Karena tadi malam tidak memungkinkan karena medannya berat. Makanya mulai pagi ini,” katanya.
Berbagai peralatan pencarian korban termasuk ambulans juga disiapkan.
“Posko di R 17 juga sudah didirikan. Masyarakat tidak bebas masuk kelokasi kejadian, soalnya rawan,” ujarnya.
Sebelumnya dikabarkan diduga 12 orang hilang tertimbun bencana tanah longsor di areal kerja PLTA Batang Toru di areal PLTA Batang Toru di wilayah Marancar akibat hujan deras.
Sekda Tapanuli Selatan, Parulian Nasution, yang dihubungi di Sipirok, Jumat (30/4/2021), membenarkan peristiwa itu.
“Tadi malam seluruh tim sudah mengadakan rapat koordinasi untuk melakukan evakuasi pagi ini. Belum diketahui nasib seluruhnya,” katanya.
Tim yang dimaksud dari unsur TNI, Polri, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, masyarakat, perusahaan dan pihak terkait lainnya.
Hujan
Informasi yang diperoleh dari Camat Marancar, Supri Siregar, disebutkan, pada saat kejadian wilayah itu sedang dilanda hujan pada Kamis (29/4/2021) sekitar pukul 06.30 WIB.
“Informasinya ada sembilan warga dari dua kepala keluarga, serta tiga karyawan Shyno Hydro (dua tenaga kerja lokal dan satu tenaga kerja asing warga negara Tiongkok) yang menjadi korban,” ujarnya.
Tanah yang longsor berupa tebing tinggi lebih kurang 50 meter dan lebarnya juga lebih kurang 50 meter. Sebagian material longsor jatuh ke dasar Sungai Batang Toru.
Pihak PLTA melalui Humas Lolinta juga membenarkan kejadian itu. Pihaknya masih menunggu kronologi kejadian sebenarnya. (YN/antara)