seputar-Langkat | Hanya berbekal pertemanan di media sosial dengan wartawan yang bertugas di Kabupaten Langkat, Seri Astuti Hasibuan SKM MKes, Dosen Akademi Kebidanan (Akbid) Sentral Kota Padangsidimpuan, sepakat mengunjungi kediaman Siti Masitah, seorang janda mualaf di Lingkungan Estate, Dusun IV, Desa Cempa, Kecamatan Hinai, sembari memberikan santunan di bulan suci Ramadan, Jumat malam (30/4/2021).
Didampingi wartawan, Seri Astuti tiba di kediaman Siti Masitah usai Salat Tarawih. Ditemani Sabarlina Saputri (15) anak gadisnya yang duduk di bangku MTs Jamaiyah Tanjung Pura, Siti Masitah bercerita tentang perjuangan dirinya membesar ketiga putrinya.
“Awalnya saya bernama Kristina boru Sipayung. Suami pertama saya Marudut Sitanggang. Kami beragama Kristen, dari pernikahan kami dikaruniai 3 anak dan semuanya wanita. Sekitar tahun 2008, suami saya Marudut Sitanggang meninggal dunia,” ungkapnya.
“Sekitar 3 tahun saya menjanda dan hidup menumpang di gubuk milik orang kampung bersama anak-anak, akhirnya saya ketemu dengan Bang Tumingan. Kami menikah sekitar tahun 2011. Saya dan anak-anak akhirnya memeluk agama Islam dan berganti nama menjadi Siti Masitah.”
“Ternyata Allah berkehendak lain. Sekitar 3 tahun usia pernikahan saya dengan Bang Tumingan dan dikaruniai seorang putri, Bang Tumingan meninggal dunia pada tahun 2014. Menjadi seorang ibu merangkap seorang ayah untuk membesarkan putri-putri saya yang masih kecil, saya bekerja sebagai kuli di pabrik batu bata di kampung ini dengan penghasilan per harinya rata-rata Rp30.000,” katanya.
Siti Aminah melanjutkan ceritanya. Sekitar tahun 2017, tauke batu bata tempatnya bekerja berkenan meminjampakaikan sebidang tanah untuk didirikan gubuk tempat dia sekeluarga berteduh.
“Saat itu pembangunannya melalui swadaya masyarakat sekitar sini, gubuk tersebut mereka bangun secara bergotong royong, hingga saat ini saya dan anak-anak masih menetap di gubuk ini,” ucapnya.
Siti Masitah mengaku kalau keluarganya semua tinggal di kampung halaman dan hidupnya berkecukupan. Hanya saja dirinya memang sudah bertekad tidak ingin menyusahkan keluarga di kampung. Lagi pula ia sudah merasa nyaman dengan kepercayaan yang dia anut bersama anak-anak saat ini.
“Bagi saya agama bukan untuk dipermainkan. Saya sudah nyaman dan tenang saat ini. Walau hidup saya serba kekurangan, itu masalah rezeki manusia di dunia. Saya juga sering dibantu sembako dari hamba Allah dan pernah juga saya dibantu oleh Pak Camat Hinai,” ungkapnya seraya menyebut kalau dia bersama anak-anaknya tidak memiliki BPJS kesehatan.
Sambil meneteskan air mata, Siti Masitah tak henti-hentinya mengucapkan banyak terima kasih kepada Seri Astuti dan wartawan yang telah berkenan mengunjunginya dan memberikan santunan. “Semoga Allah membalas semua kebaikan buk dosen dan pak wartawan,” ucapnya. (DN)