seputar-Jakarta | Mantan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla, membeberkan pengalamannya empat kali bertemu dengan para petinggi Taliban untuk membicarakan upaya damai di Afghanistan.
“Saya empat kali bertemu dengan pihak Taliban, dua kali di Jakarta dan dua kali di Doha, Qatar,” kata pria yang kerap disapa JK tersebut pada Senin (16/8/2021).
JK mengaku yakin Taliban sudah berubah dari saat mereka berkuasa di Afghanistan pada 1996-2001 lalu. Ia yakin Taliban yang ada saat ini sudah lebih terbuka.
“Itu kenapa saya undang dua kali pimpinan Taliban ke Indonesia, untuk lihat bahwa Islam bisa berkembang dengan cara moderat,” tutur JK.
Ia kemudian berkata, “Mereka kagum kita jalankan Islam secara baik. Tak perlu konservatif. Dia ngunjungin pesantren-pesantren. Saya yakin pemerintahan Taliban ini lebih terbuka.”
Selama ini, JK memang dikenal aktif dalam upaya damai Afghanistan. Saat masih menjabat sebagai Wapres RI periode 2014-2019, JK pernah beberapa kali terlibat langsung dalam perundingan damai Afghanistan.
Ia pun kerap berbicara langsung dengan Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, serta para petinggi Taliban dalam beberapa kali kesempatan.
JK menuturkan bahwa perwakilan pemerintah Afghanistan dan Pemimpin Politik Taliban pernah bergantian diundang makan bersama di kediaman dinas Wapres RI di Jakarta Pusat.
“Saya kenal baik dengan Presiden Ashraf Ghani dan Kepala Kantor Politik Taliban Mullah Abdul Gani Baradar. Akhir Desember lalu, saya bertemu Presiden Ghani di Kabul. Sedangkan Januari 2021 lalu, saya bertemu Mullah Baradar di Doha, Qatar,” ucap JK.
Dari pertemuan-pertemuan itu, JK yakin bahwa Taliban dan pemerintah Afghanistan sama-sama menghindari perang. Ia optimistis meski Ibu Kota Kabul telah jatuh ke tangan Taliban, perang saudara tidak akan terjadi di Afghanistan.
“Mereka akan berupaya menyelesaikan secara damai konflik di Afghanistan yang sudah berjalan hampir 30 tahun,” kata JK.
JK melontarkan pernyataan ini setelah Taliban berhasil menduduki Kabul dan Istana kepresidenan kemarin, Minggu (16/8). Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, pun dilaporkan kabur ke Tajikistan demi menghindari pertumpahan darah.
Ghani menyatakan bahwa saat ini, Taliban sudah memenangi seluruh pertempuran dari segi senjata. Taliban, katanya, memiliki tanggung jawab untuk melindungi kehormatan, kemakmuran, dan harga diri rakyat Afghanistan.
Setelah merebut Istana Kepresidenan, Taliban berencana membentuk pemerintahan terbuka. Mereka juga meminta pengalihan kekuasaan secara penuh dan menolak usulan pembentukan pemerintahan peralihan.
“Taliban punya strategi yang ampuh, mereka tidak mau berunding dengan pemerintahan Ghani, tapi mau berunding dengan Amerika Serikat. Jadi, dengan berakhirnya misi militer AS di Afghanistan, berakhir pula misi pemerintah di bawah Presiden Ghani,” kata JK.
Taliban Tak Akan Usik Keamanan KBRI
JK juga menyatakan Taliban menjamin tak akan mengusik keamanan KBRI di Kabul, Afghanistan.
“Mereka (pihak Taliban) juga sudah menyampaikan tidak akan mengusik kantor-kantor kedutaan besar negara asing di Afghanistan, apalagi Kedubes RI,” kata JK.
Wapres RI Ke-10 dan 12 itu menuturkan bahwa jaminan keamanan itu disampaikan Taliban ketika ia bertemu dengan salah satu petinggi kelompok itu pada Januari lalu.
JK menambahkan, dunia kini menantikan masa depan Afghanistan setelah Taliban berkuasa.
“Saya harapkan Afghanistan terbuka dengan kerja sama dengan negara-negara lain yang tidak punya kepentingan politik, tetapi kerja sama perekonomian,” ucap JK.
Menurut JK, Indonesia memiliki peran penting di Afghanistan dalam menjajaki perdamaian selama ini. Karena itu, kata JK, pemerintah Indonesia juga harus mendukung upaya damai di era kepemimpinan Taliban di Afghanistan.
Ia pun yakin Taliban bakal menerapkan pemerintahan yang lebih moderat setelah melihat contoh di Indonesia.
“Saat mereka memerintah pada periode 1 itu, semua negara tak mengakuinya. Hanya 3 negara yang mengakuinya. Karena mereka lihat islam di Indonesia dan negara-negara lain, saya yakin bahwa perubahan itu akan terjadi. Ini berikan tanda-tanda ada perubahan di antara mereka,” katanya.
JK pun menilai pemerintah Indonesia kemungkinan besar akan tetap menjaga hubungan dengan Afghanistan meski Taliban berkuasa.
Ia menegaskan bahwa hubungan diplomatik antara Indonesia dan Afghanistan sifatnya kenegaraan, tak bergantung pada rezim yang memerintah negara tersebut.
“Waktu Taliban [berkuasa], kedutaan kita tetap ada. Pemerintahan Afghanistan terakhir ini juga kedutaan kita tetap ada. Jadi hubungan diplomatik tak akan putus dengan pemerintahan siapa pun. Hubungan kita dengan negara, bukan dengan pemerintahan siapa,” kata dia.
Taliban telah merebut Ibu Kota Afghanistan, Kabul, dan menduduki Istana Kepresidenan pada Minggu (15/8). Presiden Ashraf Ghani pun kabur ke Tajikistan demi menghindari pertumpahan darah lebih lanjut.
Setelah itu, Taliban mengklaim bakal membentuk pemerintahan baru yang merangkul pihak-pihak di luar kelompok mereka.
Namun, warga Afghanistan masih hidup di dalam bayang-bayang kekejaman Taliban yang berkuasa di negara itu hingga 2001 silam.
Di bawah pemerintahan Taliban saat itu, warga Afghanistan hidup dalam kekangan. Para perempuan tak dapat mengakses pendidikan dan pekerjaan, sementara para pria harus hidup dalam aturan ketat. (cnnindonesia)