seputar – Jakarta | Delirium menjadi salah satu gejala yang ditimbulkan dari virus corona Covid-19. Meski demikian, masih banyak orang yang belum mengetahui gejala yang berkaitan dengan neuropsikiatri ini.
Dokter Relawan Covid-19, dr. Muhammad Fajri Adda’i, menjelaskan delirium adalah suatu sindrom neuropsikiatri yang dicirikan dengan akut onset atau defisit perhatian. Jadi perhatian yang berkurang secara akut.
Menurut jurnal Jama Network, dr. Fajri menjelaskan berdasarkan case di Amerika Serikat (AS) dari 817 orang terdiagnosis Covid-19, yang datang ke UGD, 226 diantaranya mengalami presentase delirium. Sementara 37 orang (16%) diantaranya dengan delirium sebagai gejala utama.
“Sebanyak 84 orang (37%) dari 226 gejalanya delirium tanpa demam dan sesak. Gejalanya? Dari 226 orang, separuh pasien mengalami gangguan kesadaran. Sementara 96 orang atau (43%) mengalami disorientasi (kebingungan),” terang dr. Fajri saat dihubungi Okezone.
Pasien yang mengalami disorientasi ini tidak lagi mengenal tempat, waktu, ruang dan orang yang ada di sekitarnya. Selain itu ciri delirium lainnya dapat terlihat dengan gejala seperti:
- Inatensi: tidak bisa memusatkan perhatian dan berpikir dengan baik.
- Hipoaktif: kondisi psikis menjadi terganggu dan tidak bisa merespons apapun.
- Agitasi atau hiperaktif: reaksi seperti mengamuk-ngamuk. Misalnya dipasang infus, maunya dicabut-cabut.
- Memory loss: kebiasaan suka mudah lupa terhadap sesuatu.
- Halusinasi: suka melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada.
“Ternyata sebanyak 113 (50%) dari 226 pasien dengan gejala derilium itu mulai merasakan hal ini dalam waktu 2 hari. Ini sangat cepat sehingga disebut onsetnya akut. Orang yang mengalami kondisi seperti ini dalam waktu 1 minggu, hanya sebesar 4% dan jumlah itu sedikit,” lanjutnya.
Di sisi lain, 60 sisa pasien dalam penelitian itu mengalami kejadian ini dalam waktu 1-2 minggu. Fenomena derilium sering terjadi pada lansia dan jarang terjadi pada dewasa muda.
“Saat seseorang merawat lansia di rumah dan tiba- tiba mereka tidak sadarkan diri dan lain-lain, mungkin bisa kita curigai salah satu diferensial diagnosisnya adalah Covid-19. Gejala itu bisa jadi Covid-19, meski tidak selalu. Sebab masih banyak penyebab delirium yang lain,” tuntasnya.(okehealth)