seputar-Medan | Anggota Komisi X DPR RI dr Sofyan Tan mengajak segenap etnis Tionghoa untuk bersama-sama mencapai target devisa negara pada tahun 2023. Salah satu langkahnya melalui Festival Budaya Tionghoa dan kekuatan kuliner yang ada di Kota Medan yang mengandalkan dua jenis makanan yakni enak dan enak sekali.
“Kalau digabungkan dengan MICE, budaya dan adat di Sumut, khususnya Medan, kami punya keyakinan tentunya etnis Tionghoa mempunyai semangat untuk meningkatkannya dari sektor pariwisata,” kata Sofyan Tan dalam kegiatan Festival Budaya Tionghoa yang digelar di Regale Jalan Adam Malik Medan, Kamis (26/1/2023) malam.
Festival Budaya Tionghoa itu dihadiri: Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabinet Angela Tanoesoedibjo, Anggota DPR-RI Putra Nababan, Ledia Hanifa, Ketua Umum MITSU Fajar Suhendra, Ketua DPD PDI Perjuangan Sumut Rapidin Simbolon, Anggota DPRD Sumut Rudy Hermanto, Ketua dan Anggota DPRD Medan Hasyim SE, Wong Cun Sen Tarigan, Ketua Harian MITSU, Juswan Tjoe, Ketua Panitia Peter Suhendra dan tamu undangan lainnya.
Politisi PDI Perjuangan ini menyatakan, tentunya Festival Budaya Tionghoa ingin menyampaikan bahwa kemajuan suatu negara, kemajuan peradaban suatu bangsa adalah bagaimana menghargai budaya.
Untuk itu, festival ini bukan hanya sampai Festival Budaya Tionghoa namun dari DPR RI khususnya Komisi X, juga akan melaksanakan Festival Budaya Batak, Festival Budaya Melayu, bahkan festival lain yang memungkinkan semakin mengentalnya budaya-budaya bangsa untuk menangkal budaya asing. Apalagi hasil survei mengungkapkan wisatawan yang datang ke Indonesia sebanyak 60% datang karena ingin melihat budaya bangsa Indonesia yang sangat beragam.
“Artinya, meraih devisa negara dari sektor pariwisata yang lebih besar. Salah satulah adalah mengoptimalkan semua potensi bangsa Indonesia. Yang diantaranya etnis Tionghoa untuk bersama-sama mencapai target devisa negara pada tahun 2023,” terangnya.
Sofyan menambahkan, pada tahun 2019, devisa negara pada sektor pariwisata sudah mencapai USD 16,9 miliar. Bahkan berada di posisi ketiga setelah CPO dan batubara. Tetapi karena Covid-19 di tahun 2020, devisa menurun drastis.
“Paling drastis pada tahun 2021, devisa dari sektor pariwisata tinggal USD 0,36 miliar,” katanya
Sofyan Tan melanjutkan, usai rapat kerja Komisi X DPR RI dengan Kementerian Pariwisata beberapa waktu lalu, tahun 2022, Indonesia membukukan devisa USD 4,6 miliar. Makanya setelah pandemi berlalu negara menargetkan devisa pariwisata mecapai USD 7 miliar.
Sebelumnya Wamenpanrekraf Angela Tanosoedibjo dalam sambutannya menyebutkan, sempat belajar lebih dalam terkait budaya Indonesia Tionghoa di Kota Medan dan sempat berkunjung ke Museum Chong A Fie, Kamis (29/1/2023) siang.
“Saya mencoba cari tahu, saya ini (etnis Tionghoa) generasi ke berapa sebenarnya. Bertanya ke kakek-nenek dan melihat foto-foto, semuanya suda sarungan (sudah gunakan budaya Indonesia). Jadi, sudah sangat jauh sekali kedatangan leluhur saya (ke Indonesia). Beda dengan keluarga suami saya yang masih tahu generasinya, yang dianya merupakan generasi ketiga,” curhat Angela.
Angela juga mengungkapkan, mempunyai punya banyak teman yang rata-rata merupakan generasi keempat,dan sangat pandai berbahasa Mandarin dan Hokian.
“Saya yang kalau berkumpul sering sendiri karena tidak tahu bahasa Mandarin ataupun bahasa Hokian,” ucap dia.
Tapi, lanjut dia, berbeda sekali sejak dia bergabung dengan Kemenpanrekraf. Dia menilai tradisi adat istiadat merupakan kekuatan dan keunikan. Sehingga terus berusaha mencari tahu adat budaya.
“Terlebih dari kacamata pariwisata dan ekonomi kratif, tradisi dan adat istiadatlah yang menjadi point penting dalam wisata Indonesia,” tuturnya.
Makanya, Angela mengaku kini merasa tertantang untuk mengetahui budaya bangsa Indonesia, termasuk budaya Tionghoa.
Terkait pariwisata, Angela mengungkapkan Kemenpanrekraf punya tugas yang cukup berat di tahun 2023. Kemenpanrekref ditantang dengan target yang cukup tinggi, yakni meraih target wisman 3,5 juta hingga 7,5 juta.
“Saya kira itu bisa dicapai karena pembatasan di berbagai negara mulai dibuka,” bebernya.
Namun, menurut Angela tantangan sebenarnya adalah menarik wisatawan nusantara. Lantaran Kemenpanrekraf diminta untuk mencapai 1,2 miliar hingga 1,4 miliar pergerakan orang.
“Makanya saya harap Kota Medan bisa menyumbang wisatawan lebih besar lagi,” ucap dia.
Apalagi, imbuh Angela, pondasinya sudah ada MICE dan kuliner yang luar biasa di Medan. Menurutnya, dengan tumbuhnya pariwisata, ekonomi akan semakin merata karena ada pergerakan konsumsi.
“Makanya kita harus saling mendukung untuk memperkuat pariwisata, khususnya di Kota Medan. Dan kegiatan seperti ini (Festival Budaya Tionghoa) bisa dilaksanakan leih besar lagi, sehingga bisa dinikmati oleh semua wisatawan nusantara dan mancanegara,” tandasnya.
Usai memberikan kata sambutan, Wamenpanrekraf Angela Tanosoedibjo bersama tamu undangan lainnya berkesempatan memimpin tradisi unik mengaduk menu pembuka makanan khas Imlek etnis Tionghoa Yee Sang atau salad ikan dalam satu wadah nampan besar yang dipercaya sebagai simbol keberuntungan dan kebersamaan sebelum dimulainya jamuan makan malam bersama.
“Semakin tinggi makanan diangkat, maka keberuntungan yang didapat di tahun baru Imlek semakin banyak. Mengaduk secara bersama-sama juga diharapkan bisa sukses secara bersama-sama,” kata pembawa acara.
Kegiatan Festival Budaya Tionghoa yang berlangsung penuh akrab dan meriah itu diisi sejumlah pagelaran hiburan tarian yang dibawakan sejumlah siswa/i Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda (YPSIM), permainan musik kecapi, atraksi barongsai dan liong (naga).(Siong)