seputar-Medan | Medan kehilangan salah satu tokohnya. Bachtiar Djafar yang merupakan mantan Wali Kota Medan meninggal dunia, Selasa (3/8/2021). Bachtiar tutup usia 82 tahun.
Seperti halnya para pemimpin daerah lain sebelum adanya Pemilu langsung, karier Bachtiar diawali dari dunia militer. Berikut rekam jejak Bachtiar Djafar yang dirangkum IDN Times.
Abah nama panggilan akrab Bachtiar lahir di Labuhan Deli, Deli Serdang, Sumatera Utara, 27 Juli 1939. Dia menempuh pendidikan dari SD hingga SMA di Kota Medan.
Mulai dari 1947 dia belajar di SD Labuhan Deli Medan, lalu tahun 1953 di SMP Negeri 1 Medan serta tahun 1956 di SMA Negeri 2 Medan.
Usai tamat sekolah Abah masuk Akademi Militer Nasional Bandung tahun 1962. Dia kemudian jadi Sesko-BRI Bagian Darat Bandung 1978, dan Sesko-ABRI Bagian Gabungan Bandung setahun berselang.
Pada usianya di 41 tahun, Bachtiar menjadi Asisten Logistik (Aslog) Kopassus mulai tahun 1980 hingga 1983. Kemudian karier militernya berlanjut menjadi Aslog Kodam VI Siliwangi di tahun 1983 sampai dengan 1986.
Dari dunia militer, karier Bachtiar berlanjut ke pemerintahan. Bachtiar Djafar menggantikan Agus Salim Rangkuti pada 1990 untuk menjadi wali kota Medan. Dia memimpin selama dua periode.
Bachtiar Djafar menggantikan Agus Salim Rangkuti pada 1990. Selanjutnya pada tahun 2000 ia digantikan Abdillah.
Beberapa warisan Bachtiar Djafar untuk Medan
Saat memimpin Medan, Bachtiar membuat beberapa kebijakan yang sampai saat ini masih dinikmati masyarakat Medan. Antara lain membuka Jalan Medan Marelan yang tembus ke Medan Labuhan.
Selain itu juga ide pembebasan Jalan Ring Road Gagak Hitam Medan, yang kini jadi salah satu kawasan bisnis.
Selain itu, ia juga aktif di organisasi yang menjadi Dewan Penasihat di Partai Golkar Medan dan Dewan Penasehat MABMI Medan. Dia juga menjadi penasihat Rumah Cendekiawan Melayu Indonesia.
Pernikahannya bersama sang istri bernama Rosmeini Bachtiar, ia dikaruniai dua orang anak.
Wakil Wali Kota Medan Aulia Rachman mengenang Bachtiar Djafar sebagai sosok yang telah memberikan inspirasi pada banyak orang. Aulia Rachman menyebut Bachtiar Djaf’ar menjalankan amanah selama kepemimpinannya dengan baik.
“Jadi amanah di kepemimpinannya. Bisa mendengarkan dan bisa merasakan,” ujar Aulia.
Menjadi pemimpin daerah, menurut Aulia, dengan hanya dengan mendengarkan aspirasi masyarakat sangatlah mudah. Namun, untuk merasakan apa yang dirasakan oleh masyarakat tak gampang.
Hal ini pula yang menurutnya sudah dijalani oleh Bachtiar Djafar, selama masa kepemimpinannya menjadi Wali Kota Medan 2 periode tahun 1990-2000.
“Mendengarkan masyarakat itu gampang. Bisa merasakannya itu yang susah. Beliau bisa mengaplikasikannya. Bisa merasakan berarti bisa mengaplikasikan, itu yang susah,” tuturnya.
“Jadi inspirasi yang baik dari Haji Bachtiar Djafar itu membangun sebuah sejarah, karena apa? Dia bisa merasakan apa yang dirasakan oleh masyarakat. Makanya sosok tokoh Haji Bachtiar Djafar itu sosok tokoh Medan Utara,” lanjut Aulia. (idntimes/gus)