seputar – Medan | Kasus dugaan penelantaran pasien bayi penderita gangguan pencernaan di RSUD Pirngadi Medan menyita perhatian publik.
Baru saja beberapa waktu lalu ada pasien lansia yang diduga diberi tabung oksigen kosong, kali ini di rumah yang sama pasien bayi penderita gangguan pencernaan itu diduga di-COVID-kan dan ditelantarkan pada Selasa (8/6/2021).
Namun masalahnya tak cuma sampai di situ, seorang dokter bedah yang seharusnya menangani bayi bernama Khaira Hanifa Almaghfira tersebut, diduga tak mau menjalankan tugasnya sebagai seorang dokter.
Dokter tersebut bahkan diduga menghina orang tua bayi tersebut saat ia bertugas di salah satu rumah sakit swasta khusus anak di Kota Medan.
Hal itu diungkapkan oleh Wakil Ketua DPRD Medan Rajudin Sagala, seperti dinukil dari laman Indozone, Jumat (11/6/2021).
Rajudin yang menerima aduan dari orang tua si bayi, miris mendengar kisah orang tua bayi tersebut diperlakukan demikian.
“Pas waktu di Stella Maris dokternya bilang ‘Ibu ngapain ke sini kalau gak punya biaya? Di Pirngadi pun nanti mana bisa pakai BPJS. Ibu pun nanti ketemu lagi sama saya’. Begitu ibu si bayi bilang,” kata Rajudin menirukan ucapan dokter tersebut, sesuai dengan aduan orang tua bayi.
Akibat perlakuan dokter bedah itu, bayi tersebut batal dioperasi pada Rabu dini hari (9/6/2021). Padahal, sebelum hendak dioperasi, bayi tersebut sudah dites swab antigen, dan hasilnya negatif.
Sebelumnya diswab antigen dan hasilnya negatif, bayi berusia tiga minggu itu dites antibodi COVID-19 dan dinyatakan reaktif COVID.
Hal itu membuat orang tua si bayi marah dan merasa bayinya di-COVID-kan.
“Tadi hasil rapidnya, gak tahu kapan ditesnya, gak tahu kapan diantibodi, dibilangnya hasilnya reaktif. Ternyata, direktur ditelepon sama bapak wakil DPR (DPRD Kota Medan) bapak Rajudin tadi, barulah anak ini di-swab antigen, dan hasilnya negatif. Sama seperti diswab di (RS) Stella Marris. Nah, mereka berarti berbohong,” ujar ibu si bayi, dalam video rekamannya yang viral di media sosial.
Yang lebih mirisnya lagi, bayi yang diduga sempat dinyatakan terpapar Covid-19 oleh Rumah Sakit Pirngadi Medan itu dikabarkan telah meninggal dunia, Kamis (10/6/2021).
Salah seorang kerabat korban, Nisa mengatakan, bayi berjenis kelamin perempuan menghembuskan napas terakhir sekira pukul 08.00 WIB. “Iya, tadi sekitar jam 08.00 WIB meninggal dunia. Saat ini jenazahnya masih di rumah duka,” katanya.
Bayi yang masih berusia 23 hari tersebut akan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum di kawasan Jalan Sei Sikambing, Sunggal. “Rencananya hari ini jenazah akan dimakamkan di tempat pemakaman umum kawasan Sei Sikambing Medan yang ada di dekat kampus Panca Budi,” tutur Nisa.
Menanggapi kasus ini, Humas RSUD dr Pirngadi Medan, Edison Perangin-angin berkilah.
“Jadi begini, bayi itu dua kali dites. Pertama siang jam 14.30, dites antibodi, hasil reaktif. Kedua, malamnya pas mau dioperasi, dites antigen, hasilnya negatif. Jadi bahasanya reaktif, bukan positif COVID. Itu beda,” ujar Edison, Kamis (10/6/2021) sore.
Terkait operasi yang batal dilakukan, Edison terkesan menyalahkan keluarga pasien dan mengatakan, keluarga bayi tersebut terlanjur emosi sehingga proses administrasi tak selesai dilakukan.
Ia membantah bahwa gagalnya operasi tersebut dikarenakan dokter bedah yang menangani tidak datang. “Ada SOP-nya. Dokter baru akan datang kalau semuanya (urusan administrasi BPJS) beres,” katanya dikutip dari Indozone.
Saat ditanya mengenai ucapan dokter berinisial I tersebut kepada orang tua si bayi, Edison meminta mengonfirmasi langsung kepada yang bersangkutan. “Ya kalau itu tanya sama dokter Iqbal. Itu kan pribadinya dia,” tukas Edison.(indozone/digtara)