seputar – Medan I Jati Putra, seorang dosen dengan fokus bidang ilmu sistem informasi di STMIK IBBI kota Medan, merupakan salah satu dari banyak individu yang menekuni bidang IT sebagai passion-nya.
Jati, 36, juga seorang staff IT di perusahaan distributor sepeda motor Honda di Provinsi Sumatera Utara. Dirinya merasa dituntut untuk terus memperluas wawasannya mengenai segala hal yang berkaitan dengan dunia ilmu komputer.
Dari banyaknya ilmu komputer, Jati merasa cloud computing (komputasi awan) akan banyak dimanfaatkan di era teknologi ini karena kemampuan baiknya dalam menyimpan data.
Untuk itu, Jati memilih Google Cloud Platform (GCP) mengingat mayoritas teknologi kedepannya akan berbasis cloud dan Google menyediakan pelatihan gratis untuk mendalami GCP.
“Sebelum mengikuti pelatihan dari Google, saya masih belum paham betul bagaimana proses mengaplikasikan cloud. Beruntung, teman saya mengenalkan program Google Cloud Study Jams yang tengah diadakan di kota Medan pada Maret 2019 lalu, sehingga saya dapat merasakan pengalaman cloud pertama saya,” ungkap pria kelahiran Tebing Tinggi, Sumatera Utara ini.
Google Cloud Study Jams merupakan sebuah kelompok belajar yang dikelola oleh komunitas untuk para developer. Ketekunan Jati dalam mempelajari ilmu GCP disini, membuatnya terpilih menjadi salah satu pengajar dasar-dasar cloud bagi komunitas mahasiswa di Sumatera Utara.
Jati kembali terjun dalam pelatihan cloud yang diadakan Google melalui JuaraGCP, program yang dirancang untuk mengajak developers di Indonesia menyelesaikan pelatihan tentang cloud computing di Qwiklabs.
Pelatihan ini diadakan secara online demi mempersiapkan peserta dalam melanjutkan perjalanan pembelajaran untuk meraih sertifikasi GCP.
Kesempatan mengakses Qwiklabs secara gratis tidak di sia-siakan Jati. Ia mengambil banyak badges dan pelatihan dan berhasil menyelesaikan dua quest yaitu Cloud Engineering with Google Cloud dan Developing Applications with Google Cloud Platform.
Jati mengimplementasikan informasi yang didapat dengan membuat suatu server yang dapat menampilkan website untuk melaksanakan praktikum perkuliahannya.
Belajar Bahasa Baru
Selama belajar cloud, kesulitan yang Jati alami adalah kendala bahasa dari istilah teknologi yang terasa asing membuatnya bisa salah dalam melakukan instruksi selama pembelajaran.
Untungnya, kini Jati memiliki rekan-rekan sesama peserta JuaraGCP dapat membantunya mengatasi kendala itu. Meskipun pelatihan JuaraGCP telah usai, ambisi para peserta untuk saling berbagi wawasan cloud terus membara dengan adanya grup di aplikasi pesan singkat.
“Profesionalisme saya untuk tetap bisa berkarya dalam bidang IT mengantar saya untuk mendalami GCP. Seiring berjalannya waktu, saya senang ilmu baru ini bisa membawa banyak manfaat bagi orang lain,”ungkap pria ganteng ini.
Selain mengoptimalkan sistem informasi di perusahaan tempat dirinya bekerja, Jati juga dapat berbagi ilmu ini kepada murid-muridnya di kampus.
“Lebih dari itu, saya berkesempatan mengajar kelompok komunitas mahasiswa Sumatera Utara,” ungkap alumnus Universitas Bina Nusantara Jakarta ini.
Berbeda dengan Jati, peserta pelatihan lainnya Vioni malah bertekad untuk menjadi programmer yang tidak hanya duduk di meja, tapi bisa berbagi ilmu keliling dunia.
Mimpi menjadi seorang arsitek harus dilepaskan oleh Vioni Wita Elya ketika orang tuanya meminta ia menekuni bidang yang lebih cocok untuk era teknologi ini.
Vioni pun memenuhi keinginan orang tuanya dan berkuliah jurusan IT (Information Technology) di Universitas YARSI, Jakarta. Setelah menjalani masa-masa kuliah.
Vioni menyadari ternyata bidang IT merupakan ilmu yang sangat menantang dan sesuai dengan dirinya yang menyukai tantangan baru dalam bidang yang asing ini.
Walau sebelumnya sempat enggan untuk menekuni bidang IT, Vioni justru menjadi salah satu finalis mahasiswa berprestasi tingkat universitas dan menjabat sebagai Ketua Badan Asisten Dosen.
Setelah Vioni lulus di tahun 2019, dia kini berprofesi sebagai Full Stack Developer di MII-Metrodata Electronics, dan tengah menjalankan proyek Bank Negara Indonesia untuk membuat dan mengembangkan aplikasi berbasis web.
Semuanya bermula ketika Vioni terpilih mengikuti pelatihan Digital Talent Scholarship dari Kominfo (Kementerian Komunikasi dan Informatika RI) yang diadakan di Universitas Indonesia pada tahun 2019, dan menandai sebagai jejak pertama Vioni belajar cloud secara mendalam.
“Beranjak dari pengalaman itu, saya jadi tau bahwa cloud itu sangat beragam dan membuat saya tertarik menggunakan GCP sebagai medianya,”tutur Vioni.
Menurutnya, selain sudah terpercaya memiliki keamanan kelas dunia, GCP juga mudah dipelajari dan digunakan oleh siapa saja karena fiturnya yang lengkap.
“Dari sini saya tau Google mewadahi developers untuk mendalami GCP melalui pelatihan JuaraGCP,” ungkap wanita berusia 23 tahun ini.
JuaraGCP merupakan program yang dirancang untuk mengajak developers Indonesia menyelesaikan pelatihan tentang cloud computing (komputasi awan) di Qwiklabs.
Pelatihan ini juga dapat mempersiapkan peserta untuk melanjutkan perjalanan pembelajaran dalam meraih sertifikasi GCP.
“Ilmu-ilmu yang saya pelajari di JuaraGCP seperti mengolah artificial intelligence, machine learning dan big data sangat menunjang pekerjaan saya sebagai app developer,”ujarnya seraya menambahkan setelah menjalani semuanya, Vioni merasa menekuni bidang IT yang awalnya keinginan orang tua, adalah jalur terbaik yang pernah dipilihnya.
Vioni menceritakan, meski sempat mengalami kesulitan saat belajar di bangku kuliah, seperti harga software yang mahal dan perangkat yang kurang memadai, namun hal itu berhasil ditaklukannya dengan memanfaatkan lab komputer kampus dan meminjam perangkat teman.
Saat itu juga Vioni sukses mengatur waktu dengan baik di tengah kewajibannya untuk berbakti kepada kedua orang tua, dengan membantu menjaga toko keluarga sebelum dan sepulang kuliah.
“Dari semua ilmu yang telah saya pelajari baik di instansi maupun informal, saya kembangkan sebagai bahan mengajar di BLK (Balai Latihan Kerja) Bekasi pada November 2019,”cerita Vioni.
Di tempat ini, lanjut Vioni, dirinya berkesempatan menjadi Instruktur C# Programming Language untuk murid-murid dari berbagai daerah di Indonesia.
“Saat mendengar ambisi mereka ingin belajar IT karena belum mendapat banyak kesempatan di daerahnya membuat saya terenyuh dan semakin mantap menekuni bidang ini,”tutur Vioni.
Karenanya Vioni bertekad untuk tidak menjadi programmer yang hanya duduk di meja, tapi juga bisa berbagi ilmu keliling dunia.
“Impian terbesar saya adalah menjadi ahli IT di perusahaan kelas dunia seperti Google,” ujar wanita kelahiran Jakarta ini.
Untuk menyiapkan tenaga kerja yang handal dalam komputasi awan, Google akan mengadakan 150 ribu pelatihan hingga akhir 2020.
Dari JuaraGCP ke Cloud OnBoards dan beasiswa digital Cloud, Google menyediakan akses gratis ke praktek GCP, sesi pelatihan mandiri, kredit GCP dan berbagai inisiatif kesiapan karir untuk membantu calon profesional TI merintis ahli GCP bersertifikasi. (Siong)