seputar-Medan | Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi menegaskan Al Washliyah bukan untuk golongan karena merupakan milik umat Islam.
Hal itu dikatakannya saat acara Tasyakuran dan Resepsi Milad ke-91 Al Jam’iyatul Washliyah di Kompleks Perkantoran Al Washliyah Jalan SM Raja, Nomor 144, Medan, Selasa (30/11/2021) malam.
“Haram hukumnya Al Washliyah berbicara kepentingan golongan. Saya berbicara ini karena sudah baca silsilah Al Washliyah,” ucap Edy Rahmayadi yang merupakan warga Al Washliyah dan Penasihat Pengurus Wilayah Al Washliyah Sumut.
Hadir dalam acara itu Ketua Umum Pengurus Besar Al Washliyah Masyhuril Khamis bersama Sekjen Amran Arifin, para ulama Al Washliyah, Ketua PW Al Washliyah Sumut Dedi Iskandar Batubara dan Sekretaris Alim Nur Nasution, keluarga pendiri Al Washliyah, Wakil Ketua Dewan Fatwa Al Washliyah Muhammad Nasir.
Hadir juga para pengurus organ bagian Al Washliyah, pengurus PD Al Washliyah se-Sumut, Ketua Panitia Darwin Marpaung, tokoh masyarakat Sumut Dato’ Seri Syamsul Arifin, pimpinan partai politik, dan pimpinan ormas Islam.
Lebih lanjut Edy Rahmayadi menyebutkan saat ini Al Washliyah sudah besar. Namun dia berharap jangan ada yang bersembunyi di bawah nama besar Al Washliyah.
“Jangan ada yang sembunyi di bawah nama besar Al Washliyah, besarkan Al Washliyah yang saat ini sudah besar, ini adalah rumah besar, semua yang ada bernaung di rumah besar Al Washliyah,” tegasnya.
Edy Rahmayadi menambahkan, 91 tahun usia Al Jam’iyatul Washliyah telah membuktikan eksistensinya menentang penjajahan.
“Ini berawal dari Sumut, tempat kelahiran Al Jam’iyatul Washliyah. Para orang tua kita berani mendirikan organisasi Islam ini yang sangat dibenci oleh penjajah. Namun para orang tua kita yakin dan berani menentang penjajah sehingga mampu berperan untuk kemerdekaan. Mereka begitu yakin dan berani.
Sikap itu terlihat dalam diri Ketua PW Al Washliyah Sumut Deddy Iskandar Batubara. Karena itu saya yakin, ke depan Al Washliyah bisa kembali menjadi organisasi besar seperti yang diperjuangkan para pendirinya,” ujar Gubsu.
Untuk itu, lanjut Edy Rahmayadi, warga Al Jam’iyatul Washliyah saat ini hanya meneruskan apa yang telah dilakukan para pendiri.
“Hari ini perjuangan kita tidak sesulit apa yang diperjuangkan para orang tua kita yang mendirikan Al Washliyah,” sebutnya.
Edy juga mempersilakan seluruh kader Al Washliyah untuk mengkritik kepemimpinannya bersama Wakil Gubernur Musa Rajekshah. Namun hendaknya tidak disampaikan melalui surat kabar dan media sosial.
“Silakan kritik saya, tapi jangan pakai surat kabar dan medsos. Nanti berdosa Anda,” ujarnya.
Borong Lukisan dan Kaligrafi
Pada kesempatan itu Edy Rahmayadi memborong semua lukisan dan kaligrafi pemenang lomba menyemakkan di HUT ke-91 Al Washliyah. Ini salah satu bentuk dukungan Edy Rahmayadi untuk pengembangan Al Washliyah Sumut.
Ada belasan karya pemenang lomba lukisan dan kaligrafi dari juara pertama hingga ketiga yang dilelang malam itu.
Sebanyak 70 persen hasil lelang akan digunakan untuk pembangunan Rumah Singgah di Teluk Dalam, Kabupaten Nias Selatan.
“Karya-karya pemenang lomba luar biasa, dan lagi akan digunakan untuk pembangunan rumah singgah serta sekolah di Nias Selatan. Ini sungguh mulia,” kata Edy Rahmayadi.
Sementara itu Ketua PW Al Washliyah Sumut Dedi Iskandar Batubara terharu sampai meneteskan air mata usai Edy Rahmayadi memborong semua karya lukisan dan kaligrafi pemenang lomba.
Menurutnya, ini akan mendorong semangat Al Jam’iyatul Washliyah untuk berbuat lebih baik lagi.
“Saya sangat berterima kasih kepada Pak Gubernur, segera kita akan bangun rumah singgah di Teluk Dalam karena di sana anak-anak kita banyak yang membutuhkan, banyak yang putus sekolah karena tidak ada sekolah lanjutan Al Washliyah setelah tamat SD,” kata Dedi, dengan nada terbata-bata sambil menyeka air matanya dengan sorban.
HUT ke-91 Al Washliyah di Sumut tidak hanya memperlombakan melukis tokoh Al Washliyah dan kaligrafi. Ada juga lomba orasi ilmiah, qira’atul kutub, tahfiz Quran, donor darah, bazaar, paduan suara, dan lainnya.
Pada acara puncak panitia juga berhasil mengumpulkan infak sekitar Rp671 juta, sebagian besar dana ini akan digunakan untuk membangun rumah singgah dan madrasah di Teluk Dalam.
Al Jam’iyatul Washliyah Sumut memilih fokus pada Teluk Dalam karena menurut keterangannya beberapa daerah di sana dihuni umat Islam. Sayangnya, beberapa kali prosesi pemakaman harus tertunda berhari-hari karena tidak ada yang bisa melakukan fardu kifayah.
Anak-anak yang tamat dari SD Alwashliyah juga terpaksa berhenti sekolah karena tidak ada madrasah di sana.
“Kepedulian kita ternyata sangat besar, semua kita ternyata ingin masuk surga. Insya Allah, amanah ini akan kita laksanakan sebaik-baiknya, mengembangkan Al Jam’iyatul Washliyah Sumut serta membantu saudara-saudara kita yang membutuhkan seperti di Teluk Dalam,” tambah Dedi.
Ketua Umum PB Al Wahliyah Masyhuril Khamis mengatakan Sumut harus menjadi rumah bagi Al Washliyah karena organisasi ini didirikan di Sumut. Usianya yang lebih tua dari usia kemerdekaan Indonesia harusnya membuat Al Washliyah lebih matang dan lebih baik lagi.
“Ingat, semangat pendiri-pendiri kita terdahulu, ingat keberanian mereka membangun organisasi ini di tengah tekanan penjajah. Organisasi ini lebih tua dari Indonesia, harusnya bisa lebih matang dan lebih besar dari saat ini,” kata Masyhuril berapi-api. (gus)