seputar – Jakarta | Covid-19 varian delta, yang pertama kali terdeteksi di India, sekarang dilaporkan telah menyebar di lebih dari 80 negara di dunia, menurut WHO.
WHO mengumumkan varian delta sebagai “varian perhatian” bulan lalu. Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC) pekan ini meningkatkan klasifikasinya atas varian delta ini dari “varian penting” menjadi “varian perhatian”.
Ketua teknis Covid-19 WHO, Maria Van Kerkhove, menyampaikan varian yang menjadi perhatian ini menunjukkan “penularan yang meningkat”.
“Itu berarti ia memiliki mutasi yang membiarkan, contohnya, virus melekat pada sel dan menginfeksi lebih banyak sel dengan lebih mudah pada seseorang tersebut,” jelasnya dalam konferensi pers WHO pada Rabu, dikutip dari Merdeka, Sabtu (19/6).
Dia memperingatkan, cepatnya penyebaran virus ini bisa membebani sistem kesehatan dan tempat tidur rumah sakit bisa segera dipenuhi pasien.
Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Brown, Dr. Ashish Jha, menyampaikan dalam “Good Morning America” ABC News, varian delta ini jauh lebih menular dibandingkan varian lainnya yang muncul selama pandemi ini.
“Juga tampaknya sedikit lebih mematikan untuk orang-orang yang terinfeksi,” ujarnya pada Rabu.
Dia juga menekankan, sakit kepala dan sakit tenggorokan merupakan ciri-ciri utama varian ini.
Menurut para ahli, vaksinasi adalah kunci untuk menghentikan peredaran virus dan munculnya lebih banyak varian.
“Kita akan berhadapan dengan varian-varian lain ini di masa depan yang vaksin mungkin atau tidak mungkin bisa mengendalikan,” jelas ahli biologi molekuler Universitas California, Nevan Krogan.
“Kita harus memvaksinasi setiap orang, tapi kita perlu memahami bagaimana virus-virus ini bermutasi dan mengalahkan mekanisme pertahanan kita. “Virus selalu berada selangkah di depan kita. Kita harus mengambil langkah selangkah lebih cepat di depannya.” (merdeka)