seputar-Jakarta | Sedikitnya 148 orang tewas di ibu kota Haiti, Port-au-Prince, sejak dua geng yang bersaing melancarkan perang habis-habisan akhir bulan lalu. Beberapa orang di antara mereka tewas dibakar hidup-hidup, kata organisasi hak asasi manusia, Selasa.
Dilansir dari kantor berita AFP, Rabu (11/5/2022), organisasi hak asasi manusia, Jaringan Nasional untuk Pertahanan HAM (RNDDH) mengatakan bahwa setidaknya 148 orang dibunuh, termasuk tujuh bandit yang dieksekusi oleh pemimpin mereka antara 24 April dan awal Mei.
Kelompok HAM tersebut mengatakan “orang-orang dibunuh dengan peluru dan pisau, sementara beberapa korban dibakar hidup-hidup di dalam rumah mereka sendiri yang dibakar atau di jalan-jalan, dengan ban.”
“Sebagian besar wanita dan anak perempuan yang tewas telah diperkosa sebelum mereka dibunuh,” katanya.
Organisasi HAM Haiti itu mengatakan mereka menemukan kuburan massal dengan 30 mayat, dikubur oleh salah satu geng karena mayat-mayat itu dibiarkan membusuk di jalanan di bawah terik matahari. Mayat-mayat lainnya dibuang oleh para pembunuh ke dalam sumur atau jamban.
Sebelumnya pada pekan lalu, badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan bahwa mereka telah mengetahui pembunuhan sedikitnya 75 warga sipil di Haiti dalam peningkatan kekerasan terbaru ini, termasuk perempuan dan anak-anak.
Setidaknya 9.000 penduduk di lingkungan yang terkena dampak telah meninggalkan rumah mereka dan mengungsi ke kerabat atau tempat sementara, seperti gereja dan sekolah.
Sementara kekerasan telah sedikit mereda dalam beberapa hari terakhir, sebagian besar orang yang mengungsi belum kembali ke rumah mereka, karena takut akan terjadinya kembali kekerasan.
Selama beberapa dekade, geng-geng bersenjata telah berkecamuk di daerah termiskin di Port-au-Prince. Namun, mereka secara drastis memperkuat cengkeraman mereka di ibu kota dan negara itu dalam beberapa tahun terakhir, menyebabkan tingkat pembunuhan dan penculikan meroket. (detik)