seputar-Jakarta | Kabar buruk datang dari pemimpin de facto dan aktivis demokrasi Myanmar, Aung San Suu Kyi. Ia, yang dikudeta dan ditahan pihak junta militer sejak 1 Februari lalu, dikabarkan kekurangan uang dan suplai makanan.
Mengutip media lokal Irrawaddy, hal ini terkuak selama sidang pengadilan di Naypyitaw Senin (7/6/2021). Suu Kyi memberi tahu tim penasihat hukumnya tentang persoalan ini.
“Amay (ibu, mengacu pada Suu Kyi) mengatakan dia dan tahanan lainnya membutuhkan uang tunai untuk makanan dan persediaan setiap dua minggu,” kata Daw Min Min Soe, salah satu dari lima anggota tim hukum yang mewakili Suu Kyi, dikutip Selasa (8/6/2021).
Lebih lanjut, Suu Kyi juga dikatakan tidak mau menerima bantuan makanan dari pihak junta. Ia mengatakan masih lebih baik meminta persediaan dari kuasa hukumnya.
“Amay mengatakan mereka yang menahannya mengatakan kepadanya bahwa mereka akan memberikan dukungan tetapi dia ingin mengaturnya sendiri. Amay menambahkan bahwa uang tunai 5 juta Kyat (Rp43,5 juta) sudah cukup untuk saat ini,” kata pengacara itu.
Suu Kyi sendiri ditahan di sebuah tempat yang hanya diketahui pihak militer. Peraih Nobel itu menghadapi banyak dakwaan mulai dari memiliki radio walkie-talkie secara ilegal, kecurangan pemilu, penerimaan suap, pelanggaran protokol Covid-19, hingga melanggar undang-undang rahasia negara.
Penahanannya yang dilakukan pihak militer memicu kemarahan publik yang luas. Massa berdemonstrasi di seluruh penjuru negeri meminta Suu Kyi dibebaskan dan militer menyudahi kudeta kekuasaan itu.
Namun aksi demonstrasi ini mendapat perlakuan yang sangat keras dari pasukan junta militer. Setidaknya lebih dari 800 orang telah dibunuh oleh pasukan keamanan sejak kudeta tersebut, menurut kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik.
Bahkan beberapa milisi etnis bersatu untuk menentang tindakan junta itu dan mulai melakukan beberapa agresi ke markas-markas kekuatan militer. Hal ini mulai memicu ketakutan internasional akan perang saudara. (cnbcindonesia)