seputar-Jakarta | Kontroversi kini muncul di Arab Saudi. Pasalnya, dalam sebuah festival di kerajaan, muncul penari samba berpakaian minim.
Mengutip Al-Araby, tiga penari asing muncul di Festival Musim Dingin Jazan, akhir pekan kemarin. Mereka bergoyang memperlihatkan kaki, lengan dan perut secara terbuka.
Hal ini membuat heboh lantaran ditayangkan pula di TV pemerintah, El-Ekhbariya. Meski begitu, sejumlah bagian tubuh penari dikaburkan sebagai bentuk sensor.
Rekaman video para penari juga viral di media sosial negara itu. Mereka muncul di parade, melakukan tos dengan warga didampingi para pria penabuh genderang.
Seorang wartawan BBCWorld juga membagikan potongan video kemunculan para penari samba ini dalam twitternya. Dikutip dari akunnya @sebastianusher terlihat bagaimana para penari berlenggak-lenggok dengan pakaian bulu berwarna biru.
Sejumlah warga mengatakan tak masalah dengan pertunjukan itu. Karena, hanya sebatas hiburan.
“Pertunjukan adalah untuk menghibur. Bukan untuk menyerang hal-hal baik atau tradisi tau moral sosial,” kata salah satu warga Mohammed al-Bajwi.
Namun ada juga yang menolaknya. Apalagi Arab Saudi menjadi tempat berdirinya dua situs paling suci umat Islam, Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.
“Kami telah lupa bahwa kami adalah negara Muslim. Ini telah memulai pelanggaran moral dan kesalahan yang tidak perlu,” tulis seorang pengguna internet lain dikutip dari middleeasteye.net.
Sementara itu, Gubernur Jazan, Pangeran Mohammed bin Nasser memerintahkan penyelidikan atas keberadaan para penari samba. Hal tersebut diumumkan resmi akun Twitternya.
“[Pangeran Mohammed] dengan cepat mengarahkan penyelidikan terkait partisipasi kelompok tari dalam kegiatan pusat kota di Festival Musim Dingin Jazan 2022 dan untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah pelanggaran apa pun,” cuitnya.
Di Arab Saudi, sebagian besar wanita lokal masih mengenakan jubah tradisional seperti jubah di depan umum. Meski begitu, sejumlah pelonggaran sudah dibuat negara ini sejak beberapa tahun belakangan.
Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) yang menjadi pemimpin de facto melakukan sejumlah reformasi untuk mendiversifikasi devisa negara dari minyak. Guna menarik investasi asing dan wisatawan, berbagai acara hiburan dan olahraga mulai dari konser musik hingga bioskop sampai balapan mobil Grand Prix Formula Satu (F1), digelar di negara itu.
Meski begitu, kelompok konservatif kerap memberikan perlawanan. Di sisi lain, kritikus dan kelompok hak asasi manusia (HAM) mengatakan kerajaan menggunakan acara olahraga dan hiburan besar untuk menutupi catatan buruk mereka termasuk pembunuhan dan pemotongan jurnalis Jamal Khashoggi pada 2018. (cnbcindonesia)