seputar-Jakarta | Rupiah anjlok terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tidak sampai satu jam sejak perdagangan dibuka. Dilansir dari Refinitiv, rupiah terpuruk 2,27% ke level psikologis baru Rp16.200/US$ hanya dalam kurun waktu 30 menit sejak perdagangan dibuka hari ini.
Posisi rupiah saat ini merupakan yang terlemah sejak 6 April 2020 atau sekitar empat tahun terakhir sejak pandemi Covid-19 terjadi di awal 2020.
Sementara indeks dolar AS (DXY) pada pukul 09:32 WIB naik ke angka 106,33 atau menguat 0,12%. Apresiasi DXY ini telah terjadi selama enam hari beruntun sejak 9 April 2024 atau telah naik sekitar dua indeks poin hanya dalam kurun waktu singkat.
Ekonom Bank Maybank Myrdal Gunarto menegaskan bahwa penguatan DXY tersebut merupakan gambaran dari perpindahan arus dana di pasar keuangan internasional yang mengarah pada pergerakan pelaku pasar global, baik di pasar saham maupun obligasi, yang ingin memindahkan aset investasinya ke pasar Amerika Serikat, terutama pasar obligasi Amerika Serikat yang terlihat lebih menarik saat yield dari surat utangnya terus meningkat dan terlihat meningkat saat ekspektasi penurunan bunga bank sentral AS (the Fed) semakin uncertain.
Secara fundamental, memang permintaan dolar AS di dalam negeri memang dalam tren yang meningkat untuk impor BBM maupun bahan pangan yang secara permintaannya meningkat untuk menghadapi faktor musiman Lebaran, maupun juga realitas bahwa harga komoditas global untuk energi maupun pangan saat ini tengah menanjak.
Selain itu, risiko eksternal yang datang dari serangan Iran terhadap Israel juga memberikan kekhawatiran bagi pelaku pasar.
Untuk diketahui, Iran melakukan serangan udara ke Israel pada Sabtu malam (13/4/2024) dengan meluncurkan drone peledak dan menembakkan 300 rudal untuk membela diri atas upaya Negara Yahudi itu yang ingin memperluas eskalasi perang di Timur Tengah.
Tensi geopolitik di timur tengah yang makin panas membuat para pelaku khawatir akan ada perang lebih besar yang dapat membuat ekonomi dunia makin terpuruk. Ini menimbulkan ketidakpastian di pasar.
BI Lakukan 3 Langkah
Bank Indonesia (BI) memastikan akan melakukan langkah- langkah konkret dalam meredam tekanan terhadap nilai tukar rupiah.
Mengutip data Refinitiv pada Selasa (16/4/2024) rupiah dibuka melemah 1,33% menjadi Rp16.050/dolar AS. Pada pertengahan perdagangan, pukul 09.30 WIB, rupiah melemah hingga Rp 16.200-Rp 16.220 per dolar AS.
“BI akan menjaga kestabilan Rupiah melalui menjaga keseimbangan supply-demand valas di market melalui triple intervention khususnya di spot dan DNDF,” tegas
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter (DPM) BI Edi Susianto kepada CNBC Indonesia, Selasa (16/4/2024).
Kedua, BI meningkatkan daya tarik aset Rupiah untuk mendorong capital inflow, seperti melalui daya tarik SRBI dan hedging cost. Ketiga, BI tetap koordinasi dan komunikasi dengan stakeholder terkait, seperti pemerintah, Pertamina dan lainnya.
Edi mengungkapkan selama periode libur Lebaran terdapat perkembangan di global dimana rilis data fundamental AS makin menunjukkan bahwa ekonomi AS masih cukup kuat seperti data inflasi dan retail sales yang di atas ekspektasi pasar. Selain itu, pelemahan rupiah juga dipengaruhi oleh memanasnya konflik di timur tengah khususnya konflik Iran-Israel.
“Perkembangan tersebut menyebabkan makin kuatnya sentimen risk off, sehingga mata uang emerging market khususnya Asia mengalami pelemahan terhadap dolar AS,” ujar Edi kepada CNBC Indonesia.
Sementara itu, indeks dolar (DXY) selama periode libur lebaran menguat sangat signifikan yaitu dari 104 menjadi di atas 106, bahkan pagi ini sudah mencapai angka 106,3.
“Selama libur lebaran, Pasar NDF IDR di offshore juga sudah tembus di atas Rp 16.000, atau sudah di sekitar Rp 16.100, sehingga rupiah dibuka di sekitar angka tersebut (di atas Rp 16.100),” kata Edi. (cnbcindonesia)