seputar-Medan | Inflasi Sumatera Utara (Sumut) pada bulan Oktober 2022, secara bulanan diprakirakan lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya. Pasalnya puncak panen raya aneka cabai yang diprakirakan berlangsung di bulan ini menjadi faktor penahan inflasi yang menambah pasokan cabai di Sumut.
Selain itu koordinasi TPIP maupun TPID Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam GNPIP juga diprakirakan akan menjaga stabilitas harga pangan melalui penyelenggaraan operasi pasar/pasar murah.
Hal itu disampaikan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara, Doddy Zulverdi saat acara Bincang Bareng Media (BBM) di Gedung Bank Indonesia, Jalan Balai Kota Medan, Selasa (25/10/2022).
“Percepatan realisasi anggaran pengendalian inflasi, dampak kenaikan BI7DRR, dan penurunan harga BBM Pertamax per 1 Oktober lalu juga diprakirakan menjadi faktor penahan inflasi Sumatera Utara pada bulan ini,” kata Doddy.
Begitupun, masih terdapat faktor pendorong inflasi Sumut pada Oktober 2022 yakni prakiraan tingginya curah hujan dan sifat hujan, berlanjutnya dampak kenaikan harga BBM subsidi terhadap biaya hidup dan biaya angkut, serta tren tingginya harga gabah baik di tingkat petani maupun penggilingan.
Doddy menyebutkan, prakiraan tingkat curah hujan pada Oktober 2022 umumnya berada dalam kategori menengah (82,4%) dan tinggi (16,8%). Sementara itu, prakiraan sifat hujan Sumut bulan Oktober 2022, umumnya berada pada kategori normal (49,6%).
Dalam BBM tersebut, Doddy juga menyampaikan dengan terus berlanjutnya di tengah percepatan pemulihan ekonomi dan normalisasi permintaan masyarakat, inflasi Sumut pada tahun 2022 diprakirakan lebih tinggi dari 2021 serta berpotensi berada di atas batas sasaran inflasi nasional 3%±1%. Adapun sejumlah faktor pendorong inflasi yaitu:
Faktor Pendorong Inflasi Sumatera Utara Tahun 2022
- Pulihnya pendapatan masyarakat seiring dengan peningkatan mobilitas dan pembukaan sektor usaha yang didukung oleh penanganan pandemi yang baik dan tercapainya herd immunity melalui akselerasi vaksinasi.
- Penyaluran bantuan sosial pemulihan ekonomi mendorong peningkatan daya beli masyarakat yang masih berlanjut.
- Konflik geopolitik Rusia–Ukrania yang berlanjut dan kembali mendorong kenaikan harga energi & pangan dunia, memperpanjang restriksi ekspor pupuk & pangan beberapa negara produsen sehingga meningkatkan tekanan inflasi global.
- Kenaikan tarif cukai rokok, PPN, BBM dan LPG non subsidi, dan tarif listrik oleh Pemerintah.
- Terus meningkatnya harga angkutan udara sebagai dampak pelonggaran restriksi mobilitas, meningkatnya minat masyarakat, dan aturan fuel surcharge, dan kenaikan airport tax.
- Potensi bencana hidrometeorologi dengan intensitas curah hujan tinggi yang dapat mengganggu produksi dan distribusi komoditas pangan.
- Peralihan subsidi sehingga terdapat penyesuaian harga BBM bersubsidi rata-rata diatas 30%
Faktor Penahan Inflasi Sumatera Utara Tahun 2022
1. Produksi
- Koordinasi program pengendalian inflasi TPID Sumut untuk menjaga ketersediaan pasokan dan urban farming
- Optimalisasi penggunaan pupuk organik, serta Implementasi Digital & Integrated Farming
- Perbaikan pola tanam dan pemetaan siklus tanam terutama di daerah produsen pangan
- Optimalisasi peran BUMDes sebagai offtaker produk dari petani
2. Distribusi
- Optimalisasi penggunaan APBD (BTT) untuk subsidi transportasi
- Penguatan pengawasan bersama Satgas Pangan untuk menjaga kelancaran distribusi
- Optimalisasi peran BUMD sebagai penyalur komoditas pangan strategis
3. Konsumsi
- Optimalisasi anggaran APBD (BTT) untuk perluasan operasi pasar, pasar murah, dan sidak pasar
- Peningkatan intensitas komunikasi kepada masyarakat untuk menjaga ekspektasi inflasi
- Perluasan sosialisasi mendorong pola konsumsi produk olahan pangan
- Pelaksanaan komunikasi belanja bijak menjelang HBKN
“Begitupun berbagai upaya pengendalian akan terus dilakukan guna menahan kenaikan inflasi lebih lanjut,”pungkas Doddy.(Siong)