seputar-Batubara | Budi daya ulat maggot dari lalat jenis Black Soldier Fly (BSF) bisa menjadi solusi mengatasi persoalan sampah organik di Kabupaten Batubara. Selain itu maggot dapat dijadikan alternatif dalam penyediaan pakan bagi ternak dan ikan. Bahkan, keuntungan peternak meningkat mengingat penggunaan maggot mampu menghemat biaya pakan hingga 70 persen.
OK Dedi Syahputra bersama 14 kawannya, Kelompok Ternak Maggot Sari Larva Berdaya mitra binaan PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) Persero, Desa Kuala Tanjung, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Batu Bara bisa dibilang satu-satunya kelompok peternak di sana yang mengembangkan budi daya ulat maggot dari lalat jenis BSF. Untung, sapaan akrabnya, mengenal budi daya maggot sejak 2020.
”Saat itu Covid-19 mewabah dan berdampak pada peternak. INALUM menyampaikan kepada kami mengenai potensi limbah kantin dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak, kami awalnya ragu karena belum pernah melakukanya,”kata Untung saat dihubungi ulang Seputar Sumut, Rabu (13/09/2023).
Begitupun sebut Untung, kelompoknya tetap diberi bantuan CSR berupa limbah seng ,rangka, baja untuk kandang serta kemudahan akses pengambilan sampah kantin INALUM. Selain itu mereka juga diberi bantuan bebek dan lele serta studi banding dan pelatihan budidaya maggot.
“Sebagai mitra binaan INALUM, sampai kini kami terus mendapat pendampingan, program berlanjut dan berjalan dengan baik. Alhamdulillah budi daya maggot memberi penghasilan lumayan. Kami dapat menekan biaya pakan ternak hingga 70 persen. Terimakasih INALUM,” ucap Untung.
Dari bantuan CSR, Untung yang juga Ketua Kelompok Ternak Maggot, kini mengelola 2 rantai lahan budi daya maggot, memiliki 25 biopond (bak pembesaran larva BSF), terintegrasi dengan ternak bebek, ayam, ikan lele dan nila. Dalam sehari, kapasitas produksinya mencapai 40-50 kg maggot segar berprotein tinggi yang dibutuhkan ternak.
“Proses budidaya maggot terbilang mudah dan sederhana. Awalnya telur-telur maggot akan menetas menjadi ulat dalam kurun waktu empat hari, seteleh menetas dibiarkan 21 hari memakan limbah hingga ulat siap dipanen menjadi pakan ternak,” jelas Untung.
Soal pakan maggot, Untung menjelaskan dari limbah organik kantin INALUM berupa sisa makanan. “Limbah kantin INALUM kami manfaatkan sebagai pakan maggot. Dalam sehari 200-300 kg sampah makanan kami angkut dari sana. Sampah organik yang masuk terlebih dahulu dipilah baru digunakan sebagai pakan maggot,” jelas Untung.
Untuk pembibitan, sebut Untung, ulat maggot dibiarkan memakan sampah organik hingga menjadi prepupa, bentuk ulat berubah berwarna menjadi hitam, biasanya pada tahap ini ulat maggot akan memisahkan diri dengan ulat yang masih memakan sampah.
“Saat usia satu bulan prepupa berubah menjadi pupa, lalu pupa ini dimasukkan ke dalam kandang indukan hingga berubah menjadi lalat dan kembali bertelur,” ungkapnya.
Untung menjelaskan, selama 3 tahun melakukan budidaya maggot, hasil panennya sebatas digunakan untuk pakan ayam, bebek dan lele yang dikembangkan kelompoknya dan belum diperjualbelikan secara luas.
“Ke depan tentu kami berharap ternak maggot yang menguntungkan ini berkembang dan kemudian menjadi contoh bagi masyarakat lainnya sekaligus solusi mengatasi sampah organik,” imbuh Untung.
Tingginya kebutuhan sampah organik bagi usaha budi daya maggot tentunya dapat menjadi salah satu solusi alternatif bagi persoalan sampah, khususnya di Kabupaten Batu Bara. Berdasarkan data Pemerintah Kabupaten Batu Bara produksi sampah Kabupaten Batu Bara kini mencapai angka 270 ton perhari, namun baru bisa diangkut sebesar 24 persen.
Mahyaruddin Ende, Corporate Secretary PT INALUM mengatakan, rencana kerja anggaran CSR 5 tahun terakhir yang sudah dialokasikan kurang lebih mencapai 141 miliar untuk dua lokasi kerja INALUM yaitu pabrik peleburan di Batu Bara dan PLTA di Toba.
“Sasarannya 125 mitra binaan, di mana jumlah tersebut meningkat tiap tahunnya. Untuk tahun 2023 jumlah anggaran CSR yang dialokasikan mencapai Rp25 Miliar,”sebut Mahyaruddin Ende.
Mahyaruddin Ende berharap, program mitra penerima CSR dapat berkelanjutan, menciptakan lapangan kerja dan multiple effect yang positif serta berkontribusi mensejahterakan masyarakat sekitar melalui program-program yang memandirikan dan penciptakaan klaster-klaster masyarakat sejahtera, maju dan berdaya.
“Memonitoring progres bantuan terus kita lakukan, baik itu bantuan pelatihan untuk mitra binaan maupun alat usaha,”tutur Mahyaruddin Ende.(Siong)