seputar-Medan | Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) Provinsi Sumatera Utara (Sumut) kecewa atas penetapan kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) Sumut tahun 2022 hanya naik 0,93 persen atau sekitar Rp23 ribu.
Melalui keterangan tertulisnya, Sabtu (20/11/2021), Ketua FSPMI Sumut Willy Agus Utomo mengatakan besaran kenaikan UMP tersebut lebih murah dari biaya parkir sepeda motor.
Karena ia merinci, jika 1 persen dengan UMP Sumut tahun 2021 yang hanya sebesar Rp2.499.423, maka per hari tidak sampai Rp2.000, bahkan lebih kecil jika dihitung dengan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK).
“Kita ambil lagi contoh UMK Medan tahun 2021 sebesar Rp3.329.867. Kalau 1 persen berarti kenaikan hanya kurang lebih Rp33 ribu, juga tidak sampai dua ribu rupiah per hari. Sedang kita semua bayar parkir motor saja dua ribu setiap hari bahkan bisa berkali-kali dalam sehari. Ini sangat terlalu dan miris nasib kaum buruh saat ini,” ungkapnya.
Kenaikan UMP yang minim tersebut menurutnya bentuk Gubsu Edy Rahmayadi diskriminasi terhadap buruh, bahkan tidak peka dan peduli terhadap buruh.
“Tahun kemarin (2021) UMP dan UMK se-Sumut tidak naik. Ia bilang prihatin sama pengusaha. Padahal inflasi dan pertumbuhan ekonomi pada tahun lalu sekitar 6 persen, kini giliran buruh sudah susah karena tidak naik gajinya, malah tetap mengabaikan tuntutan buruh,” ujar Ketua Partai Buruh Sumut ini.
Merespon kenaikan UMP Sumut yang sangat rendah ini, Willy mengatakan pihaknya berencana menggelar aksi buruh besar-besaran, bahkan sedang mempersiapkan aksi mogok kerja secara nasional.
“Kita akan siapkan aksi. Kita protes tegas atas kenaikan yang sangat menyakiti hati buruh. Kami serikat pekerja serikat buruh yang ada di Sumut akan bersatu untuk menggelar aksi bersama. Bahkan awal Desember nanti kami akan melakukan mogok kerja nasional. Sekali lagi kami menolak kenaikan UMP Sumut, dan menuntut kenaikan 7-10 persen,” tegasnya.
Menurut dia, upah buruh selama ini dinilai belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan. Akibatnya banyak buruh yang terpaksa bekerja sampingan..
“Buruh Sumut itu sudah gali lobang tutup lobang karena gajinya tidak cukup untuk makan dan membiayai kehidupannya. Sudah banyak buruh yang bekerja ganda, pulang kerja dia harus narik becak atau jadi driver ojek atau gojek, dan kerja serabutan lainya,” ungkapnya
Ia menilai, kenaikan UMP Sumut tahun 2022 sebesar 0,93 persen sama saja tidak ada artinya.
“Jika hari ini juga naiknya hanya Rp23 ribu. Itu sama saja tidak ada kenaikan. Yang pastinya buruh Sumut makin miskin,” tambahnya. (gus/red)