seputar – Jakarta | Harga minyak dunia turun lagi pada perdagangan pagi ini. Apa pasal?
Pada Rabu (11/5/2022) pukul 06:53 WIB, harga minyak jenis brent berada di US$ 102,46/barel. Ambruk 3,28% dari posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sementara yang jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) harganya US$ 99,43/barel. Turun 3,55%.
Harga si emas hitam sedang berada dalam tren negatif. Dalam sepekan terakhir, harga brent dan light sweet turun masing-masing 3,35% dan 3,44% secara point-to-point.
“Pasar minyak sedang volatil akhir-akhir ini. Uni Eropa belum juga memutuskan apakah mereka akan mengembargo minyak Rusia atau tidak. Pasar belum punya petunjuk,” kata John Kilduff, Partner di Again Capital LLC, seperti dikutip dari Reuters.
Pekan lalu, pasar dihebohkan dengan rencana Uni Eropa untuk ‘mengharamkan’ minyak dari Rusia. Kebijakan tersebut disebut-sebut akan masuk ke paket terbaru sanksi buat Negeri Beruang Merah karena serangannya ke Ukraina.
Namun hingga kini belum ada kejelasan lebih lanjut. Sebab, sanksi embargo minyak Rusia harus disepakati secara aklamasi. Namun masih ada negara yang menolak, misalya Hungaria.
Selain itu, faktor lain yang membebani harga minyak adalah prospek perlambatan ekonomi dunia.
Pengetatan kebijakan moneter oleh bank sentral di berbagai negara dan karantina wilayah (lockdown) akibat pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) di China sangat berisiko membuat ekonomi global sulit tumbuh tinggi. Akibatnya, permintaan minyak akan ikut tertahan.
“Kombinasi antara lockdown di China dan kenaikan suku bunga di berbagai negara untuk memerangi inflasi meningkatkan kecemasan akan perlambatan pertumbuhan ekonomi,” tutur Tamas Varga, Broker di PVM Oil Associates, seperti diberitakan Reuters.
Harga Batu Bara Anjlok
Tak hanya minya, harga batu bara juga menurun seiring perkiraan membaiknya pasokan. Pada perdagangan Selasa (10/5/2022), harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) untuk kontrak Juni ditutup di level US$ 348,75 per ton. Melemah 1,34% dibandingkan penutupan Jumat (6/5/2022).
Pelemahan kemarin memperpanjang tren negatif batu hitam pekan ini. Dalam dua hari terakhir, harga batu bara sudah ambles 2,68%.
Pelemahan harga batu bara disebabkan oleh meningkatnya produksi sehingga pasokan sedikit lebih longgar. Badan Administrasi Informasi Energi Amerika Serikat (US Energy Information Administration/EIA) memperkirakan produksi batu bara Amerika Serikat (AS) mencapai 598 juta short ton atau 542,49 ton pada 2022.
Jumlah tersebut lebih tinggi 3% dibandingkan 578 juta short ton atau 524,35 juta ton pada 2021. Produksi batu bara akan terus naik menjadi 605 juta short ton atau 548,85 juta ton pada 2023.
Peningkatan batu bara ini justru terjadi di tengah semakin menurunnya penggunaan batu bara untuk pembangkit listrik AS sehingga ada pasokan yang meningkat untuk diekspor.
Ekspor batu bara AS diperkirakan meningkat tipis menjadi 86 juta short ton tahun ini dari 85 juta short ton pada 2021. Pada 2023, ekspor batu bara diperkirakan meningkat 88,8 juta short ton.
“Kami memperkirakan ada peningkatan produksi meskipun penggunaan batu bara untuk sektor kelistrikan kemungkinan akan turun. Peningkatan produksi akan menaikkan ekspor dan persediaan meskipun persoalan tenaga kerja dan prasana seperti rel kereta bisa mengganggu produksi,” tutur EIA dalam laporan May Short-Term Energy Outlook, seperti dikutip dari Spglobal.com.
Sementara itu, India yang tengah digoyang krisis listrik juga melaporkan kenaikan produksi batu bara. Mengutip Mint. com, produksi batu bara India mencapai 66,58 juta ton di April tahun ini, meningkat 29% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yakni 51,62 juta ton.
Dari Afrika, Botswana melaporkan bahwa mereka mendapatkan pesanan batu bara hingga 500.000 ton dari negara-negara Barat.
Seperti diketahui, Uni Eropa telah melarang impor batu bara dari Rusia menyusul invasi Negara Beruang Merah ke Ukraina, akhir Februari lalu.
Pasokan dari Botswana tersebut diharapkan sedikit melonggarkan pasar batu bara yang ketat dalam sebulan terakhir.(CNBC)