seputar-Medan | Jumlah Angkatan Kerja Sumatera Utara (Sumut) pada Februari 2020 sebanyak 7,29 juta orang, turun 156 ribu orang dibanding Februari 2019. Komponen pembentuk angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan pengangguran.
Penduduk yang bekerja pada Februari 2020 sekitar 6,95 juta orang, sedangkan yang menganggur 345 ribu orang. Dibanding setahun yang lalu, jumlah penduduk bekerja berkurang 87 ribu orang, sedangkan pengangguran berkurang 69 ribu orang.
Sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, sejalan dengan turunnya jumlah angkatan kerja, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) juga turun. TPAK pada Februari 2020 tercatat sebesar 72,00 persen, turun 2,57 poin dibanding setahun yang lalu.
sumber BPS SumuyPenurunan TPAK memberikan indikasi adanya penurunan potensi ekonomi dari sisi pasokan (supply) tenaga kerja. Berdasarkan jenis kelamin, terdapat perbedaan TPAK antara laki-laki dan perempuan. Pada Februari 2020, TPAK laki-laki sebesar 82,86 persen sementara TPAK perempuan hanya 61,40 persen.
“Jika dibanding kondisi setahun yang lalu TPAK laki-laki dan perempuan masing-masing mengalami penurunan sebesar 1,75 poin dan 3,37 poin,”kata Kepala BPS Sumut, Syech Suhaimi di Medan, Rabu (14/10/2020).
sumber BPS SumutSyech Suhaimi menambahkan, untuk Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat penawaran tenaga kerja yang tidak digunakan atau tidak terserap oleh pasar kerja. TPT pada Februari 2019 sebesar 5,56 persen turun menjadi 4,73 persen pada Februari 2020.
“Dilihat dari tempat tinggalnya, TPT di perkotaan cenderung lebih tinggi dibanding di perdesaan,” ucap Syech Suhaimi.
Syech Suhaimi menambahkan, pada Februari 2020, TPT di perkotaan sebesar 6,75 persen, sedangkan TPT di perdesaan hanya 2,33 persen. Dibanding setahun yang lalu, TPT di perkotaan mengalami penurunan sebesar 1,11 poin dan TPT perdesaan mengalami penurunan sebesar 0,69 poin.
Jika dilihat dari tingkat pendidikan pada Februari 2020, TPT untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah paling tinggi diantara tingkat pendidikan lain yaitu sebesar 7,51 persen sedangkan pada Februari 2019 yang paling tinggi adalah tingkat pendidikan Universitas.
Lalu, TPT tertinggi berikutnya terdapat Diploma sebesar 6,56 persen. Dengan kata lain, sebut Syech Suhaimi, ada penawaran tenaga kerja yang berlebih terutama pada tingkat pendidikan SMK dan Diploma.
Sedangkan mereka yang berpendidikan rendah cenderung mau menerima pekerjaan apa saja, dapat dilihat dari TPT SD ke bawah paling kecil diantara semua tingkat pendidikan yaitu sebesar 2,50 persen.
Sektor Jasa Keuangan Asuransi Meningkat
Syech Suhaimi melanjutkan, kondisi ketenagakerjaan baik menyangkut tingkat pengangguran dan penduduk yang bekerja tidak terlepas dari kinerja sektor-sektor perekonomian yang ada. Jumlah penduduk yang bekerja pada tiap sektor juga menunjukkan kemampuan sektor tersebut dalam penyerapan tenaga kerja.
Sumber BPS SumutBerdasarkan lapangan pekerjaan utama pada Februari 2020 imbuh Syech Suhaimi, penduduk Sumut paling banyak bekerja pada sektor pertanian yaitu sebanyak 2,67 juta orang (38,48 persen), disusul oleh sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor sebanyak 1,16 juta orang (16,66 persen) dan industri pengolahan 574 ribu orang (8,26 persen).
Masih kata Syech Suhaimi, dilihat berdasarkan tren lapangan pekerjaan selama Februari 2019 – Februari 2020, lapangan pekerjaan yang mengalami peningkatan persentase penduduk bekerja terutama pada sektor jasa keuangan asuransi, real estate, jasa perusahaan dan jasa Lainnya (0,88 poin) dan konstruksi (0,83 poin).
Sedangkan sektor mengalami penurunan paling besar pada sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan (1,97 poin), perdagangan besar dan eceran; reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor (0,89 poin) dan perdagangan besar dan
penyediaan akomodasi dan makan minum (0,36 poin).
Terbanyak Sebagai Buruh
Syech Suhaimi juga merinci, dari seluruh penduduk bekerja pada Februari 2020, status pekerjaan utama yang terbanyak sebagai buruh/karyawan/pegawai (37,94 persen), diikuti status berusaha sendiri (17,80 persen) kemudian berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar (17,05 persen) selanjutnya status pekerja keluarga/tak dibayar (17,03 persen), dan status pekerja bebas di non pertanian (3,76 persen),
Sementara penduduk yang bekerja dengan status berusaha dibantu buruh tetap memiliki persentase 3,42 persen dan yang paling kecil adalah status pekerja bebas di pertanian sebesar 3,00 persen.
Dalam setahun terakhir (Februari 2019 – Februari 2020), lanjut Syech Suhaimi, peningkatan persentase penduduk bekerja terdapat pada status buruh/karyawan/pegawai (1,44 poin), pekerja bebas di non pertanian (0,89 poin), berusaha sendiri (0,83 poin), dan berusaha dibantu buruh tetap (0,17).
Penurunan terjadi pada status pekerja keluarga atau tidak dibayar (2,45 poin), berusaha dibantu buruh tidak tetap (0,86 poin) dan pekerja bebas di pertanian (0,02 poin).
“Secara sederhana kegiatan formal dan informal dari penduduk bekerja dapat diidentifikasi berdasarkan status pekerjaan,”ujarnya.
Sumber BPS SumutMenurutnya, pekerja formal mencakup status berusaha dengan dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan/pegawai, sisanya termasuk pekerja informal. Berdasarkan identifikasi ini, maka pada Februari 2020 sebanyak 2,87 juta orang (41,37 persen) penduduk bekerja pada kegiatan formal dan sebanyak 4,08 juta orang (58,63 persen) bekerja pada kegiatan informal. Selama setahun terakhir pekerja informal turun hingga 1,62 poin dibanding Februari 2019 yang besarnya 60,25 persen.
Berpendidikan Rendah Mendominasi
Menurut data tutur Syech Suhaimi, penyerapan tenaga kerja hingga Februari 2020 masih didominasi oleh penduduk bekerja berpendidikan rendah yaitu SD kebawah sebanyak 2,08 juta orang (29,91 persen), SMA sebanyak 1,64 juta orang (23,67 persen), SMP sebanyak 1,42 juta orang (20,50 persen) dan SMK sebanyak 823 ribu orang (11,83 persen). Penduduk bekerja berpendidikan tinggi (diploma ke atas) ada sebanyak 979 ribu orang (14,09 persen) mencakup 246 ribu orang berpendidikan Diploma dan 733 ribu orang berpendidikan Universitas.
Sumber BPS SumutDalam setahun terakhir, bilang Syech Suhaimi, persentase penduduk bekerja berpendidikan Universitas naik 1,19 poin dibanding Februari 2019, sedangkan SMA naik 1,13 poin, SMP naik 0,16 poin dan Diploma naik 0,14 poin pada Februari 2020. Sementara persentase penduduk bekerja berpendidikan SD kebawah dan SMK turun dibanding Februari 2019 masing-masing 1,73 dan 0,89 poin.
Menurut Jam Kerja
Lebih jauh Syech Suhaimi memaparkan, indikator lain yang lebih mendalam menyangkut Angkatan Kerja adalah pekerja penuh dan pekerja tidak penuh. Indikator ini mampu menjelaskan bahwa tidak semua penduduk bekerja memiliki produktivitas yang tinggi, diindikasikan oleh perbedaan jam kerja. Pekerja tidak penuh terbagi menjadi dua kelompok yaitu pekerja setengah penganggur dan pekerja paruh waktu.
Persentase pekerja tidak penuh pada Februari 2020 ujar Syech Suhaimi, sebesar 32,68 persen terdiri dari pekerja paruh waktu sebesar 25,31 persen dan pekerja setengah penganggur sebesar 7,37 persen. Pada kelompok jam kerja, persentase terkecil terdapat pada penduduk bekerja dengan jam kerja 1 – 7 jam yaitu sebesar 2,66 persen.
Sebagian besar penduduk bekerja pada Februari 2020, yaitu sekitar 4.679 ribu orang (67,32 persen) merupakan pekerja penuh (jam kerja minimal 35 jam per minggu). Dalam setahun terakhir, persentase penduduk bekerja dengan jam kerja minimal 35 jam per minggu naik sebesar 0,25 poin.
Persentase pekerja tidak penuh kategori setengah penganggur menurun dibandingkan Februari 2019 sebesar 2,12 poin sedangkan kategori pekerja paruh waktu naik sebesar 1,87 poin.(Siung)