seputar-Jakarta | Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengungkapkan aset sitaan dari Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto, dan aset sitaan dari kasus PT Asuransi Jiwasraya (Persero) sulit terjual. Hal ini disebabkan, kedua aset itu bernilai jumbo atau terlalu besar.
“Jadi dua itu yang jumbo yang belum laku. Nanti akan kita cari cara supaya laku dalam lelang ulang,” ujar Direktur Lelang DJKN Joko Prihanto dalam media briefing, Jumat (20/1/2023).
Adapun aset Tommy Soeharto hasil sitaan kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) tercatat bernilai sekitar Rp2,42 triliun yang terdiri dari empat bidang tanah. Aset ini sudah dilakukan tiga kali lelang, tapi tak kunjung laku.
Oleh karena itu, DJKN akan mengkaji langkah-langkah untuk menyelesaikan aset- aset yang belum laku dijual seperti aset Tommy Soeharto.
Sementara untuk aset Jiwasraya dilelang dengan dua paket, yakni alat-alat berat senilai Rp9 miliar dan saham senilai Rp3,48 triliun.
“Lelang sebelumnya Jiwasraya yang limitnya saat dilelang pada November senilai Rp3,4 triliun. Termasuk aset Tommy yang empat tanah senilai Rp2 triliun,” ucapnya.
Ia menceritakan untuk aset Jiwasraya yang dilelang dalam berbagai bentuk diantaranya kapal dan alat berat yang sudah laku. Namun untuk aset dalam bentuk saham hingga saat ini belum laku.
Menurutnya, aset saham dari kasus Jiwasraya tersebut cukup diminati, namun persoalan nilainya yang sangat besar dan batas waktu pembayaran yang singkat, membuat aset tersebut tak lalu pada lelang pertamanya.
Joko menjelaskan, sesuai ketentuan yang berlaku, bahwa setelah ditunjuk menjadi pemenang lelang maka pembayaran harus dilakukan dalam lima hari. Namun, dengan nilai aset lelang yang mencapai Rp 3,48 triliun itu tentu bukan hal yang mudah.
Menurutnya para peminat sempat menawarkan untuk durasi pembayarannya di perpanjang menjadi dua minggu hingga satu bulan. Tetapi penawaran itu ditolak, sebab sesuai regulasi yang berlaku saat ini hanya diperbolehkan paling lama lima hari.
“Karena memang untuk bisa mengumpulkan uang cash triliunan dan transfer ke rekening bendahara penerima, juga kan tidak mudah,” kata dia.
Meski begitu, Joko meyakini, pada lelang kedua nanti, aset saham Jiwasraya akan laku karena sudah ada peminatnya. Terlebih jeda waktu dari lelang pertama hingga kedua memungkinkan untuk (pembeli) menyiapkan dana triliunan tersebut.
“Saya optimis ini lelang berikutnya bisa laku,” pungkasnya.
Untuk capaian realisasi pokok lelang di tahun 2022 mencapai Rp35,23 Triliun. Capaian ini tercatat 117% dari target Rp30 triliun, bahkan yang tertinggi selama 115 tahun sejak awal perjalanan Lelang pada Negara Republik Indonesia. (beritasatu)