seputar- Sidimpuan | Pada umumnya bayi dan anak balita diberikan susu dan makanan bergizi sebagai asupan perkembangan tubuh.
Namun sepuluh anak-anak korban pengusiran di Desa Labuhan Labo terpaksa meminum air bekas masakan nasi sebagai ganti susu.
Mereka juga terpaksa makan ubi sebagai pengganti nasi di gudang pengungsiannya Kelurahan Batu Nadua Lingkungan IV, Gang Kota Padangsidimpuan.
Hal itu dilakukan sebab kelima keluarga yang terdiri dari 20 jiwa ini sudah mengungsi selama sepekan sejak 18 Mei lalu.
Sehingga tidak bisa bekerja di pengungsian guna mempertahankan hidup. Mereka terpaksa memakan pemberian seadanya oleh warga sekitar.
Tampak satu ember ubi kayu yang sudah dimasak sedang dimakan anak-anak pengungsi. Sementara para ibu memasak air beras sebagai ganti susu anak-anak mereka.
Nurlina Wati (31) yang memiliki tiga anak yakni, Bukhori Muslim (1), Said Al Akhmat (8), Nabila Aulia (13) mengungkapkan, hal ini terpaksa dia lakukan.
“Kami mau kerja apa sekarang, terpaksa kami hanya memakan pemberian warga. Kalau tak ada kami cari ubi kayu untuk dimakan. Menangis saya pak memberikannya kepada ketiga anak saya,” kata Nurliana.
Nurlina menambahkan, agar air beras pengganti susu itu cukup untuk ketiga anaknya, dia menambahkan banyak air. “Itulah bang, kalau susu saya masak air beras agar anak-anak tidak nangis,” ucapanya dengan nada pelan.
Hal senada juga diungkapkan, Sriani (38), yang juga memiliki dua anak yakni Mohammad Alfaridz (8) dan Putri Rosita (12). Mereka juga terpaksa tinggal dipengungsian. Sriani mengatakan, anaknya harus makan ubi untuk menghindari kelaparan.
“Daripada nggak makan bang, takut nanti sakit malah tambah parah. Makannya kami paksakan ubi,” keluhnya sambil mengusap air mata.
Sebelumnya diberitakan, 5 keluarga terpaksa mengungsi dari rumah mereka sendiri akibat diusir oleh kepala desa beserta perangkatnya. Tak hanya diusir, rumah mereka juga dilempari batu.
Hal ini terpaksa mereka tanggung, gara-gara kelima kepala keluarga ini menanyakan penyaluran dana BLT yang dirasa tak adil.
Alhasil, warga tersebut terpaksa mengungsi ke salah satu gudang di Kelurahan Batu Nadua Kota Padangsidimpuan guna menyelamatkan diri.(digtara)