seputar – Medan | Pemprov Sumatera Utara tetap mencairkan bonus Khoruddin Aritonang alias Coki sebagai pelatih biliar karena telah berhasil menyumbangkan medali pada ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua XX. Meski di sisi lain, Coki melaporkan Gubernur Sumut Edy Rahmayadi ke polisi, sebab merasa dipermalukan karena dijewer di depan umum.
Junirwan, kuasa hukum Edy Rahmayadi menjelaskan pencairan bonus terhadap Coki dilakukan sebagai bentuk sayang mantan Pangkostrad kepada atlet dan pelatih berprestasi di PON Papua.
“Faktanya walaupun dia begitu, Pak Edy tetap mencairkan bonusnya. Rp100 juta untuk dia pribadi, gajinya Rp6 juta,” ujarnya di Medan, Rabu (5/1/2022).
Ia menjelaskan peristiwa yang terjadi saat penyerahan bonus kepada atlet dan pelatih yang meraih medali di PON Papua beberapa waktu lalu.
Menurut dia, saat itu Edy melihat Coki tidak fokus mendengarkannya ketika memberikan pengarahan. Sehingga dipanggil ke depan.
Junirwan mengatakan saat itu Edy menepuk bahunya dulu. Baru kemudian ingin memegang kupingnya, tapi Coki langsung menolak.
“Tidak dijewer, dipegang dulu bahunya, kemudian dipegang telinganya, dia mengelak, seakan dijewer. Jadi baru tersentuh, dia mengelak, seakan dijewer. Kan dia dikasih mik di situ, kan diajak dialog. Kemudian tanpa izin dia turun, pak Edy tersinggung,” jelasnya.
Selanjutnya dia menduga keputusan Coki melaporkan Edy Rahmayadi ke polisi karena ditunggangi pihak lain.”Rekaan pak Edy itu ditunggangi orang,” tegasnya.
Meski begitu dia tidak menjelaskan pihak yang dimaksud menunggangi aksi yang dilakukan Coki. Dia mengatakan Edy juga merasa prihatin terhadap sikap yang dilakukan Coki.
“Prihatin, kenapa sampai begitu. Dia merasa aneh aja, orang yang dibina dia, mendapat kontribusi setiap bulan, dapat tali asih kok seperti itu,” ucapnya.
Delesai secara Kekeluargaan
Sementara itu, Persatuan Olahraga Biliar Indonesia (POBSI) berharap perseteruan mantan pelatih biliar Khairuddin Aritonang alias Coki dengan Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi berakhir secara kekeluargaan.
“Seharusnya bisa cepat diredam seandainya semua pihak bisa dengan kepala dingin menyikapinya,” ujar Ketua POBSI Sumut Salomo Pardede, Rabu (5/1).
Menurut dia, tindakan Edy Rahmayadi terhadap Coki merupakan bentuk kedekatan antara ayah dengan anak, namun Coki menanggapi dengan serius.
“Saya tidak membela pak gubernur tapi kalau kita jujur gaya dan style kepemimpinan Edy Rahmayadi memang begitu, kita harus maklum,” tutur mantan anggota DPRD Sumut ini.
Bahkan, kata Salomo, Edy Rahmayadi sudah mengatakan bahwa aksi pegang kuping tersebut merupakan jewer sayang dan dia juga pasti tidak menyangka persoalannya panjang dan melebar kemana-mana hingga sekarang.
Lagi pula, kata Salomo, upaya mediasi sudah dilakukan KONI Sumut dan POBSI Sumut kepada Coki agar persoalan tersebut tidak terlalu diangkat ke permukaan, namun Coki tetap dengan pendiriannya membawa ke ranah hukum
Kemudian, kata Salomo, posisi Coki sebagai pelatih Biliar Sumut telah berakhir semenjak berakhirnya pelaksanaan PON Papua. “Dia diangkat sebagai pelatih mulai dari persiapan hingga berakhir PON Papua. Hal itu sesuai dengan SK dari KONI Sumut,” kata Salomo.
Terkait laporan ke polisi, Salomo mengatakan itu atas inisiatif Coki dan tidak pernah berkonsultasi dengan POBSI Sumut. Namun Salomo mempersilahkan jalur hukum yang ditempuh Coki karena itu adalah hak yang bersangkutan.
Seperti diketahui mantan Coki pelatih biliar kontingen Sumut PON Papua XX melaporkan Gubernur Sumut Edy Rahmayadi ke polisi karena merasa dipermalukan di depan umum.(antara)