seputar – Jakarta | Munculnya varian Omicron B.1.1.529 mengejutkan para ilmuwan karena sangat beda dari varian COVID-19 lainnya. Teori terbaru menyebut, evolusi mungkin terjadi bukan pada manusia tetapi pada tikus.
Kemungkinan ini dideskripsikan sebagai reverse zoonosis, yakni virus Corona dari hewan meloncat ke manusia, lalu loncat lagi ke hewan. Diyakini, SARS-CoV-2 menular lagi ke hewan pada pertengahan 2020.
Berbagai mutasi terakumulasi pada hewan sejak saat itu, diyakini menular lagi ke manusia.
Dikutip dari Livescience, begitu berbedanya varian Omicron dibanding varian lain menjadi salah satu bukti yang mendukung teori ini. Demikian diungkap Kristian Andersen, peneliti imunologi dari Scripps Research Institute.
Dibanding teori lain tentang asal usul varian Omicron, reverse zoonosis dinilai paling mungkin terjadi. Teori lain menyebut, varian Omicron berevolusi pada manusia dengan kondisi immunocompromized atau daya tahan tubuh melemah.
Di antara berbagai mutasi pada varian Omicron, ada 7 mutasi yang memungkinkan varian ini menginfeksi hewan pengerat termasuk tikus.
Ambil Alih Varian Delta
Ilmuwan sekaligus penasihat ilmiah utama pemerintah Prancis Jean-Francois Delfraissy mengatakan Prancis berada di tengah-tengah merebaknya varian Delta dari epidemi virus corona tapi dia memperingatkan bahwa varian baru Omicron akan secara progresif mengambil alih varian Delta.
“Musuh sebenarnya adalah gelombang kelima dengan varian Delta. Tapi kita harus melihat peningkatan progresif varian Omicron yang akan mengambil alih Delta,” kata Delfraissy kepada televisi BFM.
Dia juga menegaskan kembali pihak berwenang melakukan semua tindakan yang bisa dilakukan untuk menghindari penguncian baru.
Kementerian Kesehatan mengatakan pada Rabu (1/12), Prancis mencatat hampir 50.000 kasus baru Covid-19 selama 24 jam.
Sebelumnya kementerian melaporkan lebih dari 30 ribu jiwa terinfeksi Covid-19 dalam satu hari yakni pada 24 November lalu. Angka ini tercatat pertama kalinya terbesar sejak bulan Agustus lalu. Kasus tersebut mendorong total kumulatif hingga di atas 7,45 juta jiwa dan rata-rata pergerakan tujuh hari infeksi baru lebih dari 20 ribu orang.
Menteri Kesehatan Olivier Veran mengatakan, jumlah 30 ribu kasus dalam waktu satu hari merupakan peningkatan infeksi yang cukup tajam. Meskipun ada langkah-langkah jarak sosial (Social Distancing) dan dorongan untuk meningkatkan vaksinasi.
Pemerintah Prancis juga dilaporkan meminta anggota parlemen supaya memperpanjang status darurat pandemi Covid-19 sampai 31 Juli 2022 untuk mengatasi krisis virus corona yang terus terjadi.
Perpanjangan status darurat mengisyaratkan bahwa pemerintah masih akan memiliki wewenang untuk memperpanjang atau memberlakukan kembali langkah-langkah pembatasan seperti penggunaan pas kesehatan untuk dapat mengakses sejumlah tempat misalnya restoran, bar dan bioskop.(detikhealth/okezone)