seputar – Jakarta | Tim peneliti gabungan menyatakan menemukan sesepuh virus Sars-CoV-2 atau Covid-19 pada tiga ekor kelelawar yang ada di beberapa gua di Laos.
Kelelawar itu disebut memiliki domain pengikat reseptor yang sangat mirip dengan virus corona.
Dilansir dari laman CNN Indonesia, Rabu (22/9/2021), para peneliti dari Institut Pasteur, Prancis dan Universitas Laos mengumpulkan sampel itu selama enam bulan sejak Juli tahun lalu.
Tim ilmuwan mengatakan kelelawar jenis tapal kuda yang ditemukan di gua-gua Laos membawa virus corona yang mirip dengan SarS-CoV-2. Namun, hasil penelitian ini masih dalam tahap pra-cetak dan sedang dipertimbangkan untuk diterbitkan oleh jurnal Nature.
Para peneliti mencari virus yang mirip dengan SarS-CoV-2, dan menemukan tiga di antara kelelawar memiliki domain pengikat reseptor yang sangat mirip dengan yang ditemukan pada virus.
Domain adalah bagian dari protein lonjakan yang memungkinkan virus menempelkan dirinya pada enzim ACE-2 manusia.
Studi tersebut mencatat tidak ada virus lain yang mirip dengan mikroba penyebab Covid-19, yang terbukti menggunakan enzim ini untuk menginfeksi sel manusia.
Para peneliti menamai patogen temuan mereka sebagai BANAL-52, BANAL-103, dan BANAL-236.
Temuan ini sekaligus mendukung teori pandemi Covid-19 dimulai karena persilangan genetik dari virus corona kelelawar, demikian menurut laporan The Jerusalem Post.
Kepala penemuan patogen di Institut Pasteur di Paris, Marc Eloit, mengatakan virus corona yang mereka temukan adalah “nenek moyang terdekat dari SARS-CoV-2 yang diketahui hingga saat ini.”
“Virus-virus ini mungkin telah berkontribusi pada asal-usul Sars-CoV-2, dan secara intrinsik dapat menimbulkan risiko penularan langsung di masa depan ke manusia,” kata Eloit.
Menurut laporan South China Morning Post, temuan itu muncul di tengah meningkatnya perhatian publik dalam mencari asal Covid-19.
Perdebatan ilmiah dan politik yang intens berfokus kepada apakah virus yang diperkirakan berasal dari kelelawar menular ke manusia secara alami atau merupakan hasil dari penelitian dan terjadi insiden kebocoran pada laboratorium.
Ahli biologi evolusioner dari University of Sydney, Edward Holmes menilai bahwa “studi yang sangat penting” sangat mendukung asal alami Sars-CoV-2 dari hewan.
Holmes mengatakan kesamaan yang erat antara domain pengikat reseptor pada virus yang ada di kelelawar itu “benar-benar mengesampingkan isu” virus Covid-19 direkayasa di laboratorium.
Para ilmuwan enggan memberikan penilaian apakah virus yang mereka temukan itu mempunyai hubungan paling dekat dengan Sars-CoV-2 di seluruh genom. Sebaliknya, mereka mengatakan ternyata “sejarah evolusi Sars-CoV-2 lebih kompleks dari yang diharapkan”.
Penemuan strain virus kelelawar yang dinilai masih mempunyai hubungan dengan virus Covid-19 yang ditemukan di Tiongkok dan Laos berpotensi bisa ditemukan di wilayah lain. Para peneliti memperkirakan virus itu kemungkinan berkontribusi pada bagian yang berbeda dari Sars-CoV-2.(CNN Indonesia)