seputar-Medan | Kota Binjai mendadak trending usai video TikTok yang memperlihatkan aksi seorang pemuda meninju pohon pisang sambil mengucapkan ‘Salam dari Binjai’ viral di media sosial.
Kata ‘Salam dari Binjai’ menjadi perbincangan di kalangan warganet dalam beberapa hari terakhir, khususnya pengguna platform TikTok dan Twitter setelah diviralkan oleh akun @parispernandes_.
Karena video-videonya itu @parispernandes_ kini telah memiliki lebih dari setengah juta orang. Video-videonya itu bahkan sudah ditonton puluhan juta orang.
Lalu apa arti dari frasa ‘Salam dari Binjai?’ Sebenarnya tak ada arti khusus atas frasa tersebut. Hanya ucapan salam disertai dengan kata Binjai, daerah asal @parispernandes_ sebagai pembuat dan pengunggah video tersebut.
Binjai sendiri merupakan nama salah satu kota di Sumatera Utara. Letaknya berjarak sekitar 22 kilometer sebelah barat dari Kota Medan.
Melansir dari suarasumut.id, Sejarawan M Aziz Rizky Lubis mengatakan, sebelum masa kolonialisme Belanda, perkampungan Binjai sudah ada.
“Tetapi pada waktu itu belum memiliki nama perkampungan,” katanya, dikutip Ahad (24/10/2021).
Ia mengatakan, teritori Binjai ini menghubungkan wilayah antara pegunungan dengan pesisir.
“Orang-orang Karo berdagang garam, memperoleh garam dari pesisir, dari wilayah Langkat mereka singgah ke Binjai. sebenarnya wilayah Binjai ini tempat persinggahan orang-orang Karo yang melakukan aktivitas perdagangan garam dari hulu ke hilir kemudian membawa lagi ke gunung,” kata Rizky.
Pedagang garam yang datang dari kawasan pegunungan di Karo ke pesisir Langkat ini, kata Rizky, disebut Pelanja Sira.
“Jadi istilah Binjai ini dari satu sisi disebutkan bahwa asal katanya berasal dari bahasa Karo Ben-injai artinya singgah,” ungkapnya.
Pohon Besar
Rizky melanjutkan, ada pendapat yang menyebutkan nama Kota Binjai berasal dari nama pohon. Pohon Binjai tumbuh di tepi Sungai Bingai dan bermuara ke Sungai Wampu.
“Ada seseorang yang membuka kampung namanya Pande Dingin di tepi Sungai Bingai. Ketika upacara adat pembukaan kampung, itu dilakukan di bawah sebatang pohon Binjai (sejanis bacang) yang pohonnya itu sangat rindang dan besar,” katanya.
Pada abad ke-18, wilayah Binjai masuk ke dalam administrasi Kesultanan Langkat, di bawah pimpinan putra Raja Baddiuzzaman, nama putranya Raja Shahdan.
“Pada medio abad ke-19, ketika itu di Sumatera Timur muncul perkebunan perkebunan, nah termasuklah Binjai sendiri, kemudian banyak orang-orang berdatangan dari Eropa, Tionghoa, Arab berdatangan ke wilayah Binjai, saat itu Binjai belum menjadi sebuah Kota,” imbuhnya.
Pembentukan Kota
Di tahun 1917, lanjut Rizky, karena semakin banyaknya orang-orang Belanda dan orang-orang timur asing datang di perkampungan Binjai ini, kemudian pemerintah kolonial Belanda membentuk Binjai sebagai suatu kota yang bersamaan dengan Kota Medan, Tanjung Balai dan Tebing Tinggi.
“Di era Kemerdekaan Binjai juga salah satu kota yang menjadi basis pertahanan perjuangan masyarakat merebut kemerdekaan,” jelasnya.
Perkembangan Binjai yang djuluki kota Rambutan ini dari masa ke masa terus berkembang pesat.
“Perkembangan Binjai sampai sekarang semakin pesat sebagai wilayah satelit dari Kota Medan, ada pusat perbelanjaan modern, tata kota baik, bersih, itu menandakan ada kemajuan di Binjai,” tukasnya. (inews/suarasumut/gus)