seputar-Jakarta | Tonga, sebuah negara kepulauan kecil di Pasifik, mendapat banyak perhatian pekan ini setelah gunung berapi bawah laut Hunga-Tonga-Hunga-Ha’apai mengeluarkan letusan besar.
Letusan yang diperkirakan memiliki kekuatan setara 1.000 kali bom atom Hiroshima itu memicu tsunami yang melanda Tonga dan sejumlah wilayah lain di Pasifik.
Tsunami yang terjadi membuat warga Tonga lari ketakutan, bahkan Raja Tonga Tupou VI dilaporkan telah dievakuasi dari Istana Kerajaan di Nuku’alofa dan dibawa oleh konvoi polisi ke sebuah vila yang jauh dari garis pantai.
Diperkirakan 80.000 warga di Tonga, termasuk lima warga negara Indonesia (WNI) terdampak tsunami ini, namun sejauh ini kerusakan dan jumlah korban masih belum diketahui dengan pasti karena komunikasi yang terputus.
Dilansir BBC, Tonga adalah negara kelompok yang terdiri dari kumpulan 170 pulau, yang tersebar di Pasifik Selatan. Meski tidak pernah dijajah, Tonga adalah bekas protektorat Inggris, yang meraih kemerdekaannya secara penuh pada 1970.
Negara ini memiliki populasi 100.209 jiwa menurut sensus 2021, yang mayoritas merupakan etnis Polynesia dengan sedikit campuran Melanesia. Sebagian besar penduduk, sekira 70 persen, tinggal di pulau utama dan terbesarnya, Tongatapu, di mana Ibu Kota Nuku’alofa terletak.
Tonga tidak memiliki sumber daya strategis atau mineral dan bergantung pada pertanian, perikanan, dan uang yang dikirim pulang oleh orang Tonga yang tinggal di luar negeri, banyak dari mereka di Selandia Baru.
Negara ini memiliki pantai tropis, hutan hujan dan gunung berapi aktif. Industri pariwisata Tonga berkembang dan menjadi sumberr utama mata uang kerasnya.
Tonga merupakan negara kerajaan Polynesia terakhir dan saat ini dipimpin oleh Raja George Tupou VI yang naik takhta pada Maret 2012. Namun, pada 2010 Tonga membentuk parlemen yang dipilih melalui pemilu dan mengakhiri pemerintahan feodal. (okezone)