seputar-Jakarta | Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mewaspadai mutasi virus corona (Covid-19) varian Mu atau B.1.621 dikhawatirkan bisa kebal vaksin.
Mu merupakan varian kelima Covid-19 yang diawasi oleh WHO sejak Maret lalu. Meski dibutuhkan penelitian lebih lanjut, WHO memperingatkan varian ini memiliki sejumlah mutasi yang menunjukkan dia bisa lebih tahan terhadap vaksin.
“Varian Mu memiliki konstelasi mutasi yang menunjukkan sifat potensial untuk lolos dari kekebalan,” kata WHO dalam sebuah pernyataan beberapa waktu lalu seperti dikutip dalam laporan surat kabar The Washington Post.
Data awal menunjukkan ada penurunan efektivitas vaksin, mirip dengan yang terlihat untuk varian Beta. WHO mengatakan akan memantau penyebaran varian Mu di kawasan Amerika Selatan, bersamaan dengan varian Delta.
Varian MU membawa setidaknya 21 titik mutasi di materi genetic SARS-CoV-1, sembilan di antaranya berada di lonjakan protein virus. Mutasi kunci dari varian Mu antara lain N501Y seperti varian Alpha, E484K seperti varian Beta, dan P681H seperti varian Delta.
Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), kombinasi mutasi itu menjadikan varian Mu memiliki potensi yang bisa menurunkan netralitas antibodi, seperti diperlihatkan pada uji awal terhadap plasma konvalesen serta vaksin.
Sampai saat ini penyebaran varian Mu di antara kasus Covid-19 di dunia berada di bawah 0,1 persen. Namun, varian ini tetap diawasi karena perkembangannya konsisten di di Kolombia dan Ekuador, dengan tingkat infeksi sekitar 39 persen dan 13 persen.
Pakar penyakit menular dan genomik di Universitas San Francisco de Quito di Ekuador, Prof. Paúl Cárdenas, mempelajari varian Mu dan menemukan bukti kemungkinan virus Covid-19 mutasi itu lebih menular daripada jenis virus corona awal.
“Mu mampu mengungguli (varian) Gamma dan Alfa di sebagian besar Ekuador dan Kolombia,” katanya.
Meski demikian, Cárdenas mengatakan masyarakat tidak perlu khawatir terhadap perkembangan varian Mu.
“Masyarakat harus tahu varian ini muncul setiap saat dan penting untuk dikarakterisasi agar dapat dilacak,” tambah dia.
Covid-19 varian Mu pertama kali terdeteksi di Kolombia pada awal tahun lalu dan kini sudah menyebar ke 40 negara. Varian ini terdeteksi hingga ke Amerika Serikat, beberapa bagian Eropa dan Amerika Selatan, serta Jepang.
Sebagian besar virus berubah dari waktu ke waktu, dan meskipun beberapa mutasi memiliki dampak sedikit atau tidak sama sekali pada sifat virus, yang lain dapat mengubah cara penyebarannya, tingkat keparahan, dan efektivitas vaksin atau obat-obatan lainnya.
Untuk saat ini, WHO mengatakan harus lebih banyak penelitian yang dilakukan untuk memahami karakteristik varian Mu. Serta akan memantau bagaimana ia dapat berinteraksi, khususnya, dengan varian delta yang lebih umum. (cnnindonesia)