seputar-Jakarta | Indonesia diprediksi akan mengalami gelombang ketiga Covid-19 pada Desember 2021 hingga Januari 2022. Pakar epidemiologi UGM, Riris Andono Ahmad mengatakan bahwa potensi terjadinya gelombang ketiga Covid-19 adalah sebuah keniscayaan.
“Kemungkinan adanya gelombang Covid-19 berikutnya adalah sebuah keniscayaan. Tinggal pertanyaanya itu kapan terjadi dan seberapa tinggi ini sangat tergantung dengan situasi yang berkembang di masyarakat,” ujarnya dilansir dari situs UGM, Rabu (27/10/2021).
Riris mengatakan munculnya gelombang Covid-19 ketiga atau gelombang-gelombang berikutnya sangat tergantung pada kondisi di masyarakat.
Di mana, lanjut dia, mobilitas interaksi sosial dan kepatuhan dalam implementasi 3 M merupakan situasi yang bisa memicu gelombang Covid-19 nantinya.
Direktur Pusat Kajian Kedokteran Tropis UGM itu menambahkan bahwa Covid-19 masih terus ada dengan tidak sedikit orang yang tidak memiliki kekebalan.
Di sisi lain, orang-orang yang telah mendapatkan kekebalan dengan vaksin Covid-19 seiring waktu akan menurun kekebalannya.
“Jadi, tidak hanya satu kali gelombang tiga lalu stop, tapi akan terjadi lagi selama virus masih ada dan bersirkulasi secara global,” terangnya.
Menurut dia, sejumlah negara dengan cakupan vaksinasi relatif tinggi seperti Israel, Inggris, Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa saat ini pun tengah berjuang kembali dengan Covid-19 akibat varian Delta.
Ia menambahkan bahwa varian Delta memiliki tingkat penularan lebih tinggi dan membutuhkan cakupan imunitas yang lebih tinggi dalam populasi.
Misalnya, lanjut dia, sebelum adanya varian Delta untuk mendapatkan kekebalan kelompok sekitar 70% populasi harus sudah divaksin. Namun, sejak adanya varian Delta, maka cakupan vaksinasi ditingkatkan menjadi 80%. Kondisi tersebut dengan anggapan bahwa vaksin yang diberikan memiliki efektvitas 100%.
Ia menjelaskan dengan kondisi itu artinya vaksinasi di Indonesia untuk bisa mencapai 80% mensyaratkan sekitar 230 juta penduduk harus divaksin.
Dalam pelaksanaannya pun dilakukan dalam waktu kurang dari 6 bulan agar bisa terwujud kekebalan kelompok.
“Ini kan sulit, misalnya sanggup pun kekebalan kelompok hanya bertahan beberapa saat dan akan terus berkurang,” ucapnya.
Ia pun meminta masyarakat tetap waspada dan tidak lengah meskipun saat ini kondisi Covid-19 telah terkendali.
Riris mengingatkan bahwa risiko penularan Covid-19 masih ada, terlebih saat adanya pelonggaran aktivitas di masyarakat.
“Saat penularan tinggi dilakukan intervensi besar-besaran dengan PPKM. Begitu terkendali aktivitas dilonggarakan karena tidak mungkin terus PPKM karena akan melumpuhkan perekonomian. Namun, pelonggaran ini berisiko penularan akan meningkat lagi,” tuturnya. (okezone)