seputar-Jakarta | Munculnya varian telah menyingkirkan tiga varian Covid-19 lainnya dari perhatian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Tiga varian Covid-19 yang dimaksud adalah Alpha, Beta, dan Gama yang hanya mewakili sebagian kecil sampel yang diurutkan.
Angka kasus Covid-19 di sejumlah negara yang melonjak secara signifikan bahkan disebut-sebut disebabkan karena varian delta yang dianggap menjadi varian lebih kuat dan lebih menular dari varian lain.
Namun, kini semua mata tertuju pada varian R.1 yang baru saja ditemukan di Panti Jompo Kentucky, Amerika Serikat (AS). Varian ini bahkan sudah menyebut di 47 negara bagian Paman Sam.
Mengutip berbagai sumber, Jumat (24/9/2021), Varian R.1 adalah salah satu varian yang mengandung sejumlah mutasi, di antaranya D614G yang terbukti meningkatkan kemampuan menular. Artinya, diduga lebih menular dibanding varian lain, meski masih butuh penelitian untuk memastikannya.
Saat ini, WHO belum memasukkan varian R.1 ke dalam kategori variant of concern (VOC) maupun varian of interest (VOI). Varian R.1 saat ini ada di kategori ‘Variants Under Monitoring’, yang semula disebut ‘Alerts for Further Monitoring’.
Dalam daftar pantauan varian COVID-19, WHO menyebut varian R.1 terdeteksi pertama kali pada Januari 2021 di ‘multiple countries’. Namun beberapa sumber menyebut, varian ini pertama kali ditemukan di Jepang, sehingga disebut ‘varian asal Jepang’.
Departemen Kesehatan Masyarakat Kentucky menyatakan Varian R.1 menyebar melalui 45 penghuni dan staf di panti jompo setelah anggota staf yang tidak divaksinasi memicu infeksi pada bulan Maret.
“Tingkat serangan tiga sampai empat kali lebih tinggi di antara penduduk dan [pekerja] yang tidak divaksinasi dibandingkan dengan mereka yang divaksinasi,” tulis temuan tersebut.
Meski banyak ditemukan di AS, varian ini pertama kali terdeteksi di Jepang pada Januari 2021 dan mampu melewati perlindungan antibodi yang ada pada vaksin lengkap. Varian ini terdeteksi pada salah tiga orang di satu keluarga di Jepang, yang berusia 40 tahun dan 10 tahun.
“Ketiga pasien ini tinggal di Jepang dan tidak memiliki riwayat bepergian ke luar negeri,” menurut laporan NIH. Laporan tersebut juga menyebutkan persentase isolat SARS-CoV-2 dalam R.1 di Jepang meningkat lebih cepat dibandingkan AS.
Di AS, kasus R.1 tercatat 2.259, sementara di Jepang sebanyak 7.519 kasus. Sejauh ini dua negara tersebut memimpin sebagai negara dengan kasus varian R.1 terbanyak. Dikutip dari Newsweek varian terbaru ini telah ditemukan di 31 negara termasuk China, India, dan Eropa bagian barat. Hingga 21 September ada 10.567 kasus R.1 yang dilaporkan terdeteksi di seluruh dunia.
Varian R.1 adalah salah satu varian yang mengandung sejumlah mutasi, di antaranya D614G yang terbukti meningkatkan kemampuan menular. Artinya, diduga lebih menular dibanding varian lain, meski masih butuh penelitian untuk memastikannya.
Saat ini, WHO belum memasukkan varian R.1 ke dalam kategori variant of concern (VOC) maupun varian of interest (VOI). Varian R.1 saat ini ada di kategori ‘Variants Under Monitoring’, yang semula disebut ‘Alerts for Further Monitoring’. Beberapa sumber menyebut, varian ini pertama kali ditemukan di Jepang, sehingga disebut ‘varian asal Jepang.’ (cnbcindonesia)