seputar – Jakarta | Partai Nasdem merespons pernyataan Ketua Bappilu Partai Demokrat Andi Arief yang menyebut partainya akan memikirkan opsi lain jika hingga Juni tidak ada kepastian deklarasi capres-cawapres. NasDem meminta Demokrat tak membuat gaduh di koalisi.
Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Nasdem Ahmad Ali menilai Partai Demokrat mencari opsi lain lantaran tidak mendapat kepastian ketumnya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) akan jadi cawapres Anies Baswedan.
“Mau ambil opsi lain? Pasti di pikiran kamu opsi lain itu Demokrat mau menarik diri dari Koalisi Perubahan. Atau mungkin bisa jadi karena ketidakpastian AHY jadi wapres, atau dia ingin mengatakan bahwa kalau Anies tidak dengan AHY, kami akan keluar,” kata Ali, Kamis (25/5/2023).
Ali mengatakan sejak awal partai di Koalisi Perubahan untuk Persatuan sudah sepakat untuk membentuk kerja sama. Bahkan, berdasarkan piagam perjanjian, setiap partai menyerahkan keputusan cawapres kepada Anies Baswedan.
“Memberikan mandat kepada Anies untuk memilih cawapresnya. Nah, mandat itulah yang hari ini dan digunakan Anies untuk melakukan seleksi untuk mencari kira-kira (cawapres) yang pas,” tutur Ali.
Ia mengatakan turunnya elektabilitas Partai Demokrat di Litbang Kompas juga dialami oleh NasDem. Ia menilai bisa saja penurunan itu lantaran ada partai yang ingin memaksakan kadernya menjadi pendamping Anies.
“Kalau kemudian mengenai ini kan survei Kompas terakhir kan, ada penurunan atau suara Demokrat agak menurun kan, termasuk NasDem, terus menjadi alasan itu, ya saya berpikir lain juga,” tutur Ali.
“Jangan-jangan Anies ini tidak naik surveinya dan kemudian partai-partai yang berkoalisi turun surveinya karena ada partai yang sudah secara terbuka memasang-masangkan, terkesan memasangkan Anies dengan kader tertentu,” sambungnya.
Menurutnya, supaya asumsi seperti itu tak beredar, sudah semestinya anggota partai di KPP tak menyampaikan pernyataan yang membuat gaduh. Ali mengingatkan komitmen awal terbentuknya Koalisi Perubahan.
“Supaya kita tidak membangun asumsi yang kemudian membuat kegaduhan, yang berpotensi membuat keretakan di internal koalisi. Sebaiknya semua kader atau parpol konsisten saja dengan pernyataan tunduk ketumnya. Bahwa kenapa kemudian partai politik selalu ditempatkan sebagai institusi yang tidak dipercaya rakyat karena inkonsistensi itu. Jadi hari ini bicara mendukung Anies tanpa syarat, eh besok ketika tidak diuntungkan saya mundur deh,” imbuhnya.
Demokrat Pikirkan Opsi Lain
Partai Demokrat menduga salah satu alasan turunnya elektabilitas versi Litbang Kompas karena pasangan capres dan cawapres Koalisi Perubahan tidak kunjung dideklarasikan. Demokrat pun memikirkan opsi lain jika deklarasi tak juga dilakukan hingga Juni 2023.
“Mungkin hipotesanya soal koalisi, kalau koalisi segera terbentuk, maksudnya capres-cawapresnya deklarasi, kalau menurut survei Kompas ini kan ada kemungkinan Partai Demokrat dan pendukung Koalisi Perubahan akan naik, tapi juga masih hipotesa mengandaikan bahwa itu ada coattail effect,” kata Ketua Bappilu Partai Demokrat Andi Arief kepada wartawan, Selasa (23/5/2023). Andi Arief merespons soal Demokrat turun versi survei Litbang Kompas.
Andi Arief menyebut pihaknya memberi target agar Koalisi Perubahan deklarasi pada Juni 2023. Menurutnya, Demokrat akan mulai memikirkan opsi lain jika tak kunjung ada deklarasi.
“Sedang kita pelajari dan memang kami menargetkan bulan Juni akan ada deklarasi. Kalau bulan Juni tak akan ada deklarasi, maka akan sulit buat partai partai pendukung, seperti NasDem, PKS, dan Demokrat. Ya artinya bahwa kemungkinan-kemungkinan opsi lain juga akan dipikirkan,” ucapnya.
Namun Andi Arief menyebut pihaknya juga masih mempelajari alasan Demokrat mengalami penurunan elektabilitas. Dia heran dengan fakta tersebut lantaran Demokrat tidak pernah melakukan kesalahan.
“Ini sedang kita pelajari bersama karena penurunan ini tentu pasti ada penyebabnya ya, sedang kami pelajari. Rasanya kami tidak banyak lakukan kesalahan, kecuali memang koalisi memang belum terbentuk,” ujar dia. (detik)