seputar-Jakarta | Kunjungan kerja Ketua DPR RI Puan Maharani yang diisi kegiatan menanam padi saat hujan bareng petani ramai diperbincangkan. Anggota Komisi I DPR Fadli Zon menyambar komentar Susi Pudjiastuti soal Puan menanam padi saat hujan.
Komentar Susi Pudjiastuti adalah petani biasanya menanam padi tidak saat hujan. Komentar Susi itu kemudian disambar oleh Fadli Zon.
“Belum belajar pencitraan 4.0?” kata Fadli di akun Twitter-nya, Jumat (12/11/2021).
Dihubungi terpisah, Fadli Zon mengatakan komentarnya tersebut tak perlu dijelaskan kembali. Fadli Zon membiarkan publik menilai cuitannya tersebut.
“Tidak usah dijelasin, itu sudah sangat terang benderang,” ujarnya.
Menurut Wakil Ketua DPR RI periode 2014-2019 ini, publik dapat mengimajinasikan komentarnya soal aksi Puan Maharani menanam padi saat hujan.
“Lebih bagus begitu kan, lebih artistik. Jadi orang ada imajinasi. Jangan semuanya didetailkan, dijelaskan,” imbuhnya.
Aksi Puan menanam padi di tengah hujan sebelumnya dikomentari Susi Pudjiastuti. Dengan emotikon tangan tertelungkup, Susi menyebut biasanya petani tidak menanam padi hujan-hujanan.
“Biasanya petani menanam padi tidak hujan hujanan,” kata Susi di Twitter.
Dalam keterangan resminya seperti dikutip Jumat (12/11), Puan mendatangi area persawahan Sendangmulyo, Sleman, DIY, Kamis (11/10).
Meski hujan deras mengguyur, Puan turun ke sawah untuk menanam padi bersama sejumlah petani perempuan di tengah lahan pertanian seluas 6 hektare.
Selama menanam bibit padi, Puan juga berdialog dengan petani. Mengenakan caping dan sepatu khas petani, Puan sesekali berbicara menggunakan bahasa jawa.
“Piro nek panen (berapa banyak kalau panen?), dijual neng endi (dijual ke mana?)” kata Puan bertanya kepada para petani.
Para petani pun menjawab pertanyaan Puan. Mereka juga membicarakan sejumlah kendala yang dihadapi para petani selama ini, termasuk soal pupuk dan jalur distribusi saat panen.
Kemudian Puan juga berbincang dengan kelompok tani dan petani milenial di pematang sawah. Didampingi Wabup Sleman Danang Maharsa, Puan mendengarkan berbagai aspirasi petani sambil menikmati kacang dan ubi rebus.
“Kali ini saya hadir dengan fokus menanam padi, biarkan rakyat nanti yang memanen. Selama ini orang banyak fokus pada panennya. Padahal proses sebelum bisa panen itu panjang dan dimulai dengan kita menanam,” kata Puan.
“Saya ingin mengetahui apa saja kebutuhan dan permasalahan yang ada di sini terkait petani. Bagaiman menanam padi, panennya dan sesudah panen itu dijual atau dibeli ke mana. Itu yang jadi perhatian saya,” imbuhnya.
Seorang petani bernama Tusiran menyampaikan berbagai keluhan yang dihadapi para petani di Sendangmulyo. Mulai dari harga gabah yang rendah hingga sering telatnya distribusi pupuk subsidi, termasuk harganya yang cukup tinggi.
“Mudah-mudahan dengan Bu Puan datang ke sini, dapat memberi semangat petani-petani di Sendangmulyo. Karena kebanyakan petani sekarang yang tua-tua. Semoga dengan ibu datang, ada petani dari generasi muda yang akan menjadi penerus kami,” terang Tusiran.
“Kami harap pemerintah supaya memperhatikan petani-petani. Patokan harga gabah itu berapa, karena petani juga banyak nggak tau. Kami juga mengharapkan agar jalan tani diperbaiki karena kalau musim hujan jalannya rusak, bawa gabah pakai motor atau mobil sering terpleset,” imbuhnya.
Petani pun mengharapkan ada saluran induk air sebab ketika musim kemarau, air untuk mengaliri sawah tidak lancar. Kepada Wabup, Puan menanyakan apakah harapan petani bisa segera direalisasikan. Kepada Lurah Sendangmulyo Budi Susanto, Puan juga menanyakan apakah dana desa digunakan untuk membangun infrastruktur pertanian. Lurah Budi mengatakan saat ini dana desa belum bisa digunakan untuk membantu pembangunan pertanian karena anggaran difokuskan untuk bantuan langsung Covid-19 kepada masyarakat.
“Sebelum Covid, dana desa untuk apa?” tanya Puan.
“Untuk bansos ke masyarakat, pembangunan jalan-jalan kampung. Kami juga buat shelter,” kata Lurah.
Lalu Puan meminta aspirasi dari petani milenial yang hadir, salah satunya Linggarsari Ayu. Perempuan yang akrab disapa Ayu itu mengungkapkan ia memilih menjadi petani karena ingin membantu orangtuanya yang sudah lanjut usia.
Puan pun mendukung munculnya banyak petani milenial. Ia menegaskan, Indonesia tidak bisa berdaulat pangan tanpa adanya petani. Oleh karenanya, DPR RI terus memberi perhatian besar bagaimana upaya meningkatkan kesejahteraan petani.
Mantan Menko PMK itu juga berbicara mengenai ekonomi pertanian digital yang sudah saatnya dilirik dan dikembangkan karena dapat membantu para petani. Untuk itu, Puan memuji adanya aplikasi berbasis website sebagai marketplacet kecil produk pertanian yang diinisiasi oleh Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan Kabupaten Sleman. Aplikasi tersebut merupakan wadah bagi petani dan calon pembeli bisa bertemu secara online. (detik)