seputar-Jakarta | Wakil Presiden Ma’ruf Amin sempat salah ucap usai menyebut Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana TNI Yudo Margono sebagai “Panglima.”
Hal itu terjadi pada sambutannya dalam pelaksanaan vaksinasi Covid-19 di Pondok Pesantren An-Nawawi Tanara, Serang, Banten, Kamis (19/8). Gelaran vaksinasi itu diselenggarakan oleh TNI AL dan dihadiri langsung oleh Yudo.
“Hari ini saya hadir di pondok pesantren An-Nawawi Tanara, Serang, Banten untuk mengikuti vaksinasi yang diselenggarakan oleh TNI AL. Bersama dengan pemerintah daerah dan Beliau ada Bapak Panglima hadir di sini,” ucap Ma’ruf saat itu.
Ma’ruf sempat menghentikan sambutannya beberapa detik dan langsung mengoreksi ucapannya.
“Eh, bapak KSAL, Kepala Staf Angkatan Laut berada di sini,” lanjutnya.
Usai Ma’ruf mengoreksi ucapannya, juru bicara Wapres, Masduki Baidlowi, tiba-tiba bersuara. “Doa itu berarti,” ucap dia, sambil menepuk-nepuk lengan Yudo.
Ma’ruf tidak merespons celetukan Masduki dan melanjutkan sambutannya. Selain menyapa Yudo, Ma’ruf juga menyapa Mendikbudristek Nadiem Makarim dan Kepala BNPB Ganip Warsito yang turut hadir langsung.
Kegiatan Maruf Amin di Banten itu diunggah di kanal YouTube Sekretariat Wakil Presiden pada Jumat (17/9/2021) kemarin. Namun, pernyataan Ma’ruf Amin yang salah ucap KSAL Yudo jadi panglima itu seperti dipotong.
Yudo merupakan salah satu nama kandidat kuat pengganti Marsekal Hadi Tjahjanto yang akan pensiun November 2021 di posisi Panglima TNI. Nama kuat lainnya adalah Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Andika Perkasa.
Kans Yudo semakin kuat jika presiden dan DPR mengacu kepada Undang-Undang (UU) Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI. Bahwa, panglima dapat dijabat secara bergantian oleh perwira tinggi aktif dari tiap-tiap angkatan yang sedang atau pernah menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan.
Saat ini, Panglima TNI dijabat Hadi Tjahjanto yang berasal dari TNI Angkatan Udara. Sebelumnya, posisi itu dijabat oleh Gatot Nurmantyo yang berasal dari Angkatan Darat dan Moeldoko yang juga berasal dari AD.
Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PDIP Tubagus Hasanuddin mengatakan Panglima TNI pengganti Hadi akan menghadapi empat pekerjaan rumah (PR).
Pertama, melanjutkan Minimum Essential Forces (MEF) yang baru mencapai sekitar 60 persen. Kedua, meningkatkan profesionalisme prajurit berdasarkan frekuensi pelatihan dan pendidikan.
Ketiga, memperhatikan disiplin prajurit. Hal itu, kata politikus yang akrab disapa Kang Tebe ini, tak lepas dari ratusan prajurit yang desertir atau melarikan diri dari satuannya dalam dua tahun terakhir, perkelahian antarangkatan atau dengan Polri, serta kasus narkoba.
Keempat, memperhatikan peningkatan kesejahteraan prajurit, kesehatan dan pendidikan anak-anak mereka.
“Kalau Panglima TNI ke depan itu bisa melaksanakan ini, maka Insyaallah nanti kita menghasilkan prajurit yang benar-benar profesional dan sesuai dengan undang-undang prajurit nasional yang tidak berpolitik,” ucap Tebe. (cnnindonesia)