seputar-Bali | Sebuah unggahan yang diunggah oleh seorang master of ceremony (MC) perempuan di Bali viral di media sosial. Unggahan tersebut berisi keluhan dan protes pekerja seni perempuan di Bali.
Mereka dikabarkan dilarang tampil secara fisik dalam acara yang dihadiri oleh Gubernur Bali Wayan Koster.
Belakangan, unggahan itu diketahui pertama kali diunggah oleh Putu Dessy Fridayanthi dalam Instagram pribadinya yakni @ecymcbali.
“Sejak kepemimpinan @kostergubernurbali sudah bukan rahasia lagi jika kami para pekerja event wanita, MC, penyanyi, penari dll sering sekali dicancel client/EO acara H-1 ataupun beberapa menit sebelum acara dimulai. Alasannya karena Koster akan hadir jadi tidak boleh ada pengisi acara wanita,” tulis Dessy, dalam unggahan itu seperti dikutip Selasa (14/9/2021).
Dessy, sapaan akrabnya, kemudian membenarkan perihal unggahan tersebut.
Kepada wartawan, ia mengaku unggahan di Instagram story-nya tersebut berdasarkan pengalaman yang ia alami berulang kali.
Terbaru, ia dilarang tampil di depan Koster dalam sebuah acara kementerian pada Jumat (3/9/2021) lalu. Acara tersebut digelar oleh pihak swasta yang mendukung program kementerian.
“Yang menyelenggarakan swasta tapi mendukung salah satu program kementerian sehingga menteri hadir di sana untuk meresmikan dan Pak Gubernur hanya mendampingi saja,” kata dia.
Dessy menyebut, beberapa hari sebelum acara berlangsung, gladi resik telah dilakukan bersama protokoler kementerian, Gubernur dan panita acara.
Gladi resik berjalan lancar dan tak ada informasi larangan MC perempuan tampil.
Namun, satu jam sebelum acara berlangsung, ia didatangi seorang protokoler Gubernur dan meminta tak tampil di ruang utama. Dessy diminta memandu acara dari sebuah ruangan terpisah.
Meski sempat terjadi perdebatan, ia kemudian mengalah dan menuruti protokoler Gubernur yang memintanya pindah ke ruang terpisah. Ia kemudian terpaksa berdiri dengan kursi untuk melihat undangan yang hadir serta memandu acara agar berjalan dengan baik hingga selesai.
Usai acara berlangsung, ia lalu memilih mencurahkan isi hatinya dan viral di media sosial. Dessy kesal karena bukan pertama kali dilarang tampil dalam acara yang dihadiri Koster. Beberapa kali acara baik diselenggarakan pihak negeri dan swasta selalu sama. Hanya suara MC saja yang tampil dalam acara.
“Acara off air dulu di Kuta aku boleh nge-MC setelah Pak Gubernur meninggalkan ruangan,” tutur dia.
Ia menilai, kebijakan tersebut merupakan bentuk diskriminasi terhadap perempuan. Dessy mengaku tak bisa bekerja secara profesional sebab binggung memandu tanpa melihat acara. Sejak curhatannya tersebut viral di media sosial, Dessy mengaku menerima ratusan pesan ke akun instagramnya.
“Ini adalah bentuk diskriminasi terhadap pekerja perempuan even. Ini sangat diskriminasi,” kata dia.
Selain itu, lanjut Dessy, kebijakan untuk melarang perempuan tampil secara fisik dalam acara yang dihadiri oleh Gubernur Bali Wayan Koster juga menghalang-halangi warga yang sedang mencari nafkah. Apalagi, di tengah pandemi Covid-19 yang tak banyak pihak swasta atau negeri mengelar acara.
Dessy pun berharap, Gubernur Bali atau pun Pemerintah Provinsi Bali memberikan penjelasan terkait kebijakan tersebut.
“Harus bisa menyampaikan klarifikasi terkait kebijakan yang konyol itu karena bukan aku saja yang merasakan tersebut dan saya harap tidak ada diskriminasi terhadap gender dalam pekerja even, kami perempuan memiliki skill dalam profesi,” ujar dia.
Terpisah, Kepala Biro Umum dan Protokol Setda Provinsi Bali I Wayan Budiasa belum memberikan komentar lebih jauh terkait unggahan Dessy yang kemudian viral tersebut.
Meski begitu, ia menyampaikan pemerintah Provinsi Bali akan memberikan tanggapan terkait itu.
Sebab, informasi mengenai larangan tampil secara fisik dalam acara yang dihadiri oleh Gubernur Bali itu sudah sampai ke tingkat pimpinan.
Budiasa tak merinci siapa pimpinan yang dimaksud. “Informasi sudah sampai di pimpinan. Nanti katanya satu pintu keluar untuk respons itu,” ujar dia. (kompas)