seputar-Medan | Sepanjang tahun 2021 tercatat sekira 2 ribu anak di Sumatera Utara terjangkit Covid-19. Namun sejauh ini belum ada anak yang meninggal dunia akibat virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan, Tiongkok itu.
Hal tersebut diungkapkan Anggota Satuan Tugas Covid-19 Sumateta Utara, dr Inke Nadia Lubis, Jumat (2/7/2021).
Menurut Inke, peningkatan signifikan kasus Covid-19 pada anak terjadi bulan April 2021 lalu. Setiap minggunya selalu ada anak terpapar virus Covid-19.
“Yang tinggi itu bulan April, tiga kali lipat dari yang dilaporkan setiap minggunya. Kalau enam bulan terakhir ada 2.000 kasus. Secara total sejak pandemi hingga hari ini ada 3.861 kasus,” sebut Inke.
Inke lebih lanjut mengatakan, peningkatan jumlah kasus di kabupaten/kota sejak awal pandemi di Sumut terjadi di tiga wilayah. Yang paling tinggi terjadi di Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang dengan persentase 72 persen.
“Lalu ketiga Simalungun, Pematangsiantar dan Tebing Tinggi digabung jadi satu. Sisanya (daerah lain) dengan presentase di bawah satu persen,” ujarnya.
Lebih lanjut, Inke menyebutkan untuk gejala pada anak biasanya lebih ringan, sehingga berpotensi untuk menularkan. Metode screening yang selama ini digunakan kepada orang dewasa untuk mengecek suhu tubuh, atau gejala yang jelas seperti batuk dan pilek, itu justru tidak ditemukan pada anak.
“Makanya kalau hanya mengandalkan pemeriksaan itu dan tidak dilakukan swab, lalu kita biarkan anak sekolah, ini kan risiko menularkan masih ada. Justru itu yang mudah terlewatkan, karena tidak ada gejala,” jelasnya.
Meski dampaknya tidak terlalu besar, Inke mengungkapkan dengan tidak bergejala anak menularkan kepada guru di sekolah atau saat pulang ke rumah menularkan kepada orang tua. Dengan demikian, nantinya akan menyebabkan risiko yang lebih tinggi.
“Tapi belakangan dilaporkan ada dampak panjang akibat terpapar Covid-19 yang bisa mengganggu aktivitasnya. Anak bisa kurang aktif selama 3-6 bulan setelah terpapar,” ungkapnya.
Sebab itu, menurut Inke, vaksinasi terhadap anak menjadi penting dan saat ini sudah diperbolehkan, tidak saja pada Covid-19 tapi juga pada penyakit lainnya. Sebab, anak yang rentan terpapar Covid-19 adalah usia Sekolah Dasar (SD) dengan 35 persen.
“Itu tadi sebenarnya kalau buka sekolah, kita itu mempertimbangkan juga dengan data yang ada, bahwa paling banyak kasus di SD dan kematian paling banyak di usia tingkat itu kalau kena Covid-19,” pungkasnya. (okezone)