seputar-Medan | Sejumlah pelatih, pihak sekolah, dan orangtua dari atlet pelajar SD, SMP, SMA dari 33 kabupaten/kota se-Sumatera Utara yang mengikuti ajang tahunan bergengsi, Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) Tahun 2023 berang.
Mereka membongkar sekaligus mempertanyakan keganjilan dari panitia pemilihan atlet yang diberangkatkan ke ajang tersebut. Di mana atlet tersebut diduga kuat terpilih secara comot dan diduga sarat kepentingan. Mereka memastikan, atlet yang terpilih hanya atlet yang jauh dari standar.
Dinas Pendidikan Provinsi Sumut bahkan dinilai melanggar aturan dan mencederai sportivitas. Untuk itu, desakan mempertanyakan mekanisme dan prosedur pemilihan pun di soal. Pelatih, guru, dan orangtua murid atlet berprestasi yang gagal terpilih mendatangi Kantor Dinas Pendidikan Provinsi Sumut. Mereka datang membawa anggota legislatif, DPRD Sumut.
Pertemuan pun terjadi di Disdik Sumut dan diterima oleh Sekretaris Dinas Pendidikan, Kurnia Utama dan sejumlah anggotanya yang menaungi pemilihan atlet. Dalam pertemuan terungkap beberapa keanehan hingga adanya desakan para guru pelatih dan orangtua dari atlet yang berprestasi untuk tidak memberangkatkan atlet SD-SMP yang terpilih.
Karena diminta agar Dinas Pendidikan Provinsi melakukan seleksi tanding ulang. Karena memang Dinas Pendidikan Provinsi Sumut mengakui tidak ada seleksi tanding di tingkat provinsi dengan dalih tidak ada biaya.
“Ya jadi pemilihan atlet yang diberangkatkan ke O2SN tidak diseleksi di provinsi. Mereka hanya dipilih berdasarkan ketentuan kelengkapan administrasi yang sudah ada formulir aturan baku disebarkan ke dinas olahraga dan sekolah-sekolah pelajaran di tingkat kabupaten/kota. Kita tidak ada biaya untuk seleksi tanding di provinsi,” ujar Kurnia Utama, dikutip Minggu (10/9/2023).
Meski demikian ia mengatakan akan melakukan peninjauan akan hal dan harapan yang disampaikan para pelatih, guru, dan orangtua murid atlet SD-SMP.
Sementara itu KiKi Aritonang, orangtua dari atlet Manchester Gabriel Aritonang, atlet renang berprestasi asal Kota Medan menjelaskan, pembinaan cabang olahraga dilakukan secara bertahap, berlanjut dan bertingkat.
Namun, keputusan Disdik Sumut yang tertuang dalam surat nomor: 800/7690/BID.PSMA/VIII/2023 tanggal 31 Agustus 2023 justru melanggar aturan dan mekanisme dalam memilih atlet terbaiknya.
“Sebab kita tidak tahu bagaimana proses munculnya nama-nama ini. Dan parahnya lagi di sesion dan last minute pemberangkatan atlet baru diumumkan. Sehingga tidak memungkinkan lagi untuk melakukan upaya peninjauan yang real dan nyatanya. Kita tidak pernah mendapat surat untuk melaksanakan seleksi,” tutur Kiki, Jumat 8 September 2023 kepada tvOnenews.com.
Hal itulah yang dianggap, telah mencederai sportivitas yang harus dijunjung tinggi dalam setiap kompetisi. Sebab, tahap seleksi menjamin hak atlet untuk mendapat kesempatan yang sama. Apalagi dunia olahraga yang menjunjung tinggi sportifitas dari atlet yang sepantasnya.
“Tidak lain istilahnya dugaan kami ini atletnya yang diberangkatkan asal jadi alias dicomot, nah ini jadi tanda tanya. Ada apa atau apa ada? Kalau dunia olahraga tingkat pelajar untuk perjalanan atlet yang berprestasi sudah tak benar. Mau seperti apa kaderisasi bibit atlet. Yang jelas kami sportif kok, kalau jujur prosesnya kami siap menerima dan mendukung,” aku Kiki.
Lebih lanjut Kiki jelaskan bahwa intinya mereka masih berjuang demi mental anak mereka. Karena ia katakan anak mereka drop karena tau gagal. “Sementara yang berangkat orangnya atlet yang selalu di bawah atau kalah dengan anak kami,” sebut Kiki dengan nada yakin.
Sebelumnya, Disdik bekerja sama dengan kabupaten/kota telah melaksanakan seleksi O2SN baik tingkat SD, SMP hingga SMA. Dari situ dihasilkan atlet-atlet terbaik di cabang olahraga dan kelasnya. “Disdik seharusnya melaksanakan seleksi di tingkat provinsi yang diikuti atlet terbaik dari hasil seleksi kabupaten/kota. Nah juara pada seleksi provinsi ini yang akan mewakili Sumut pada O2SN tingkat nasional,” kata Kiki.
Beny Sihitang, Ketua Komisi D DPRD Sumut mengatakan sudah mempertemukan pelatih guru dan orangtua dengan Dinas Pendidikan. Ia mengungkapkan dalam pertemuan itu ada beberapa hal yang masih kurang sehingga terjadilah pertanyaan.
“Ini memang aneh dan semestinya harus selektif pemilihan atletnya. Hanya saja tadi Dinas Pendidikan mengakui terkendala tidak ada biaya untuk seleksi tanding tingkat provinsi. Nah inilah yang akan kita tampung aspiransinya. Baik dari pihak yang merasa dirugikan maupun Dinas Pendidikan Provinsi. Kita menunggu pihak yang merasa dirugikan untuk menyutati dan segera kita bahas di RDP,” ujar Beny.
Beny pun berharap kejadian serupa tidak terulang. Agar ada bibit baru atlet dari Sumatera Utara yang benar-benar dapat terseleksi dan dikader sebagai generasi penerus yang akan mengharumkan dan membanggakan nama Sumut di dunia olahraga. (tvonenews)