seputar-Medan | Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sumatera Utara (Sumut) mengkritik kegiatan vaksinasi Corona massal yang menimbulkan kerumunan warga hingga berdesakan di GOR Pemprov Sumut. IDI mengatakan seharusnya vaksinasi Corona tidak dilakukan secara massal.
“Masak vaksinasi dilakukan secara massal? Kita menyesalkan cara seperti itu,” ujar Ketua IDI Sumut dr Ramlan Sitompul kepada wartawan, Jumat (6/8/2021).
Ramlan mengatakan vaksinasi massal akan menimbulkan kerumunan. Menurutnya, hal itu malah bisa menimbulkan klaster baru penularan Corona.
“Nanti vaksinnya yang difitnah lagi, dibilang setelah vaksin kena COVID-19. Padahal, COVID-19 itu karena ada kerumunan, bukan karena vaksinnya,” ucap Ramlan.
Ramlan meminta tidak ada lagi vaksinasi Corona secara massal. Menurutnya, pelaksanaan vaksin harus dilakukan di fasilitas kesehatan yang ada, seperti puskesmas dan klinik.
“Perlu profesional mengelola ini semua. Seharusnya tak boleh vaksinasi massal. Kita kan punya perangkat, ada puskesmas, pustu, klinik swasta, jadi lokasi vaksinasi itu menyebar, bukan dibuat menumpuk seperti itu, massal, massal, massal, akhirnya timbul kerumunan,” jelasnya.
Sebelumnya, vaksinasi Corona yang dilaksanakan di GOR Pemprov Sumut dipenuhi warga. Warga berkerumun hingga sempat berdesak-desakan untuk masuk ke lokasi.
Dilihat detikcom, Selasa (3/8), warga tampak berkumpul di luar gedung. Mereka berdiri di depan pintu masuk gedung dengan berkerumun.
Mereka minta masuk ke gedung itu. Setelah pintu dibuka, warga pun bergerak masuk ramai-ramai. Petugas yang berada di lokasi meminta warga menjaga jarak.
Warga yang menunggu divaksinasi diminta duduk. Sementara itu, warga yang belum mendapatkan vaksinasi diarahkan kembali ke rumah masing-masing.
Kapolrestabes Medan Kombes Riko Sunarko menyebut vaksinasi tersebut merupakan vaksinasi massal yang digelar pihaknya untuk 4.000 orang.
“Kegiatan hari ini, itu vaksin massal untuk yang 3.000 orang itu untuk yang vaksin pertama. Kemudian ada seribu orang sisa kemarin yang Gebyar Bhayangkara 15 ribu orang itu. Jadi totalnya 4.000. Sekitar 3.000 yang vaksin pertama. Yang seribu itu sisa yang belum datang saat gebyar kemarin itu untuk vaksin kedua,” kata Riko di lokasi vaksinasi Corona tersebut.
Riko lalu menjelaskan soal banyaknya warga protes dan minta masuk ke gedung. Dia menyebut hal itu terjadi bukan gara-gara vaksin kurang, melainkan dipicu ada pihak yang diduga memperjualbelikan formulir.
“Jadi bukan kekurangan vaksin, jadi karena petugas kita juga sudah kita setting untuk jumlah vaksinnya. Nggak mungkin kita melebihi. Sekarang saja dari 4.000 sampai jam sekian. Nggak mungkin lagi kita tambah. Tenaganya kita terbatas, kemudian untuk vaksinnya hari ini kita juga persiapkan 4.000,” sebut Riko.
“Warga masyarakat tadi protes karena mereka ini mendapatkan formulir, beli, dijual. Iya dijual di luar, dia merasa sudah membayar Rp 5.000 per lembar. Sementara tadi di Kabag sudah fotokopi sekitar 4.000 lebih untuk dibagikan,” ujar Riko. (detik)