seputar-Medan| Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) menyambut baik peluncuran Chatbot Bineka yang dihadirkan Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda (YPSIM), Selasa (16/11/2021). Kemendikbud Ristek menilai hadirnya Chatbot Bineka di dunia pendidikan sebagai bagian upaya untuk mewujudkan sekolah yang toleran di Tanah Air.
” Saya merasa senang ketika mendengar ada terobosan baru dihadirkan YPSIM untuk pembelajaran tentang kebinekaan. Apalagi terobosan ini memanfaatkan kecerdasan buatan sistem teknologi yang saat ini sedang banyak dikembangkan oleh negara-negara maju yang juga menjadi salah satu prioritas riset Nasional negara kita. Tidak hanya itu, inovasi ini juga mendukung salah satu fokus utama Merdeka Belajar yaitu digitalisasi sekolah ,” kata Mendikbudristek Nadiem Makarim saat peluncuran tersebut.
Nadiem berharap para fasilitator yang nantinya akan mensosialisasikan Chatbot Bineka ini tidak hanya menyampaikan cara menggunakan aplikasi, tapi juga membagikan praktik baik yang telah dilakukan YPSIM yang menunjukan betapa pentingnya menumbuhkan toleransi antara para murid, guru dan warga sekolah lainnya. Dengan pemanfaatan teknologi yang tepat dan cermat, Nadiem meyakini pendidikan Indonesia akan semakin toleran dan berkualitas sehingga dapat menggungguli negara-negara lain dalam waktu yang cepat.
“Saya ucapkan selamat atas peluncuran Chatbot Bineka, semoga semangat kita untuk mewujudkan kebinnekaan tidak akan pernah surut. Bersama-sama mari kita bergerak serentak mewujudkan Merdeka Belajar,” ucap Nadiem secara virtual.
Saat berkunjung ke Yayasan Perguruan Sekolah Sultan Iskandar Muda (YPSIM) pada bulan Oktober lalu Nadiem Makarim kembali berpesan agar YPSIM bisa membantu memerdekakan sekolah-sekolah lainnya. Karena seperti diketahui bersama, saat ini belum semua anak Indonesia seberuntung siswa/i YPSIM, bisa bermain dan belajar dengan tenang tanpa takut mengalami perundungan dengan jiwa kebinekaan yang luarbiasa.
” Begitu juga dengan para guru, belum semua bisa mengajarkan nilai-nilai toleransi dengan bebas dan merdeka kepada murid-muridnya. Inilah situasi yang harus segera kita benahi,” pesan Menteri Nadiem.
Terlepas dari secanggih apapun teknologi yang digunakan, Nadiem mengingatkan para guru agar tetap memainkan peran terpenting dalam proses pendidikan dan penguatan karakter anak-anak. Sebab teknologi adalah sarana untuk membantu dan memudahkan penyampaian materi kepada peserta didik, sementara pemahaman dan prilaku yang mencerminkan toleransi mutlak dimiliki oleh para guru dan tentunya orangtua.
” Karena kalau kita ingin mewujudkan pendidikan yang benar-benar mencerdaskan generasi penerus, maka kita harus memastikan bahwa murid-murid itu aman dari ancaman perundungan, sebelum mereka bisa hidup tenang dengan identitas dan kepercayaannya masing-masing. Perjalanan kita kalau tidak menyelesaikan masalah ini untuk menjadi negara yang maju di masa depan maka perjalanan ini akan sangat sulit,” tandas Nadiem Makarim.
Anggota Dewan Pembina YPSIM, Tracey Yani Harjatanaya menyampaikan, negara Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan kebudayaannya. Sebagai negara yang menjunjung tinggi Pancasila dan Binneka Tunggal Ika, Indonesia menjamin hak warganya untuk memilih memeluk dan mempraktikan agama kepercayaannya sesuai dengan keyakinannya masing-masing.
“Akan tetapi dari berbagai laporan sejumlah lembaga di Indonesia seperti Wahid Foundation, Setara Institute dan Puslitjakdikbud menemukan bahwa dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, praktik intoleransi, diskriminasi dan radikalisme masih menjadi tantangan besar di dunia pendidikan Indonesia. Bahkan trenya cenderung menguat,” ungkap Tracey.
Karenanya, tahun ini YPSIM membuat sebuah produk pembelajaran yang dapat diakses secara gratis dan mudah oleh para guru dan peserta didik kapan dan dimanapun berada melalui ponsel dan internet.
” YPSIM bekerja sama dengan ai4Impact dan Podcastren dengan didukung Indika Foundation mengembangkan program Chatbot Bineka yang dipakai sebagai alat pembelajaran keberagaman budaya, agama dan kepercayaan di Indonesia,” tutur putri sulung dr Sofyan Tan ini.
Untuk menggunakan Chatbot Bineka, pertama siswa dapat mendaftarkan kelas dan nama mereka untuk mendapatkan tiket masuk. Setelah masuk siswa dapat memilih karakter yang sesuai preferensi mereka. Setelah masuk siswa bebas mengunjungi teras agama apapun dan berbincang santai dengan pemuka agama virtual. Para pemuka agama akan menceritakan hal-hal seru dan edukatif tentang makanan khas hari raya, ritual dan filososfi dari 6 agama dan 2 aliran kepercayaan di Indonesia.
Untuk mengetahui perkembangan siswa, Chatbot Bineka telah menyisipkan kuis kejutan di dalamnya. Hasil kuis ini dapat memudahkan guru menyiapkan aktifitas lanjutan di kelas, baik berupa diskusi maupun projek untuk memperdalam pengetahuan dan keterampilan siswa.
Sebelumnya Anggota DPR RI, dr Sofyan Tan menyatakan, peluncuran Chatbot Bineka bertepatan dengan Hari Toleransi Dunia, 16 November. Melalui Chatbot Bineka ini, YPSIM memberikan sumbangsih di dunia pendidikan, bahwa pembelajaran tentang keberagaman toleransi antar sesamanya juga mengikuti kemajuan teknologi
“Ini ide-ide dan kreatif dan inovatif yang luar biasa. Karena masa ini, sering muncul kebiasaan orang memakai teknologi ini untuk bisa saling merusak antar sesamanya,” terangnya.
Sofyan yang juga Tokoh Pendidikan Sumut ini menjelaskan, tidak bisa dipungkiri bahwa Indonesia adalah negara yang sangat majemuk. Karenanya ia mengajak kita memberikan sumbangsih agar dunia pendidikan memang benar-benar dapat memberikan satu bentuk dan kedaulatan bagi anak-anak.
“Sebagai penerus bangsa tentu kita menginginkan generasi mendatang yang bisa merawat keberagaman ini. Kalau misalnya keberagaman ini tidak mampu dirawat dengan baik, maka akan menimbulkan perpecahan,” imbuhnya.
Dalam peluncuran, hadir sebagai narasumber Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemendikbud Ristek Anindito Aditomo; serta Penggagas Semua Murid Semua Guru Najelaa Shihab. (Siong)