seputar-Jakarta | Korea Utara dilaporkan menghukum lima warganya yang kedapatan mencuri pasokan jagung karena kelaparan di tengah krisis pangan. Kelima warga itu kemudian dikirim ke kamp kerja paksa.
Sejumlah sumber mengatakan kepada Radio Free Asia (RFA) bahwa peristiwa itu terjadi sekitar satu bulan lalu.
Saat itu, sejumlah petani di daerah-daerah pinggiran dilaporkan sudah tak kuat dengan sistem pembagian hasil tani.
Dalam beberapa tahun belakangan, pemerintah mengambil 60 persen hasil tani, sementara petani dapat membawa pulang 40 persen sisanya.
Bagian mereka ini tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, apalagi hasil tani di sejumlah daerah belakangan ini berkurang 20 persen.
Dengan krisis pangan tahun ini, kehidupan para petani kian sengsara. Beberapa dari mereka lantas berupaya mengelabui sistem.
“Lima hari lalu, lima petani tertangkap menyembunyikan jagung dalam satu inspeksi. Mereka dihukum lima bulan di pusat kerja paksa,” ucap seorang sumber pemerintahan Korut.
Tahun ini, Korut memang sedang dilanda krisis pangan karena penutupan wilayah untuk mencegah penyebaran Covid-19. Selain itu, industri agrikultur Korut juga sempat terpukul akibat sejumlah bencana.
Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah Korut menyusun sejumlah strategi, salah satunya meminta warga mengurangi makan hingga mereka membuka perbatasan dengan Tiongkok pada 2025 mendatang.
Pemerintah Korut juga meminta warga beternak angsa hitam hingga kelinci untuk memenuhi kebutuhan pangan di tengah krisis ini.
Media propaganda Korut, seperti Rodong Sinmun dan DPRK Daily, pun mulai mengampanyekan manfaat daging angsa hitam untuk kesehatan.
“Dagingnya mengandung imunoglobulin, asam linoleat, dan bahan anti-karsinogenik yang sulit ditemukan di jenis daging lainnya,” ujar seorang pejabat di peternakan angsa hitam di Daerah Jongpyong kepada DPRK Today.
Ternak Angsa Hitam hingga Kelinci
Korea Utara kembali membuat para pakar takjub setelah pemerintahan Kim Jong-un dilaporkan menyuruh masyarakat beternak angsa hitam hingga kelinci untuk memenuhi kebutuhan pangan di tengah krisis.
“Saya tidak pernah mendengar angsa hitam diternak untuk konsumsi manusia di seluruh dunia,” ujar Sekretaris Jenderal Komunitas Ornitologi Korea, Bing Ji-chang, kepada This Week in Asia, seperti dikutip South China Morning Post.
Meski demikian, Bing menyebut bahwa sebenarnya tak masalah bagi manusia untuk mengonsumsi daging angsa hitam.
“Saya rasa tak akan ada masalah untuk beternak dan mengonsumsi daging itu karena nilai nutrisinya seharusnya sama baik dengan unggas air lainnya,” ucap Bing.
Bing melontarkan komentar ini setelah mendengar kabar bahwa Kim Jong-un meminta pemerintah dan warga beternak angsa hitam untuk bahan pangan.
Setelah itu, media propaganda pemerintah, seperti Rodong Sinmun dan DPRK Today, menggembar-gemborkan berbagai manfaat daging angsa hitam.
“Angsa hitam merupakan unggas hias yang sangat langka. Daging mereka lezat dan bernilai medis. Sudah ada wadah untuk mengembangbiakkan mereka di skala industri dalam upaya meningkatkan standar hidup rakyat,” demikian pemberitaan Rodong Sinmun.
Sebagaimana dilansir Reuters, media Korut lainnya juga mengungkap sejumlah studi yang menunjukkan manfaat penting daging angsa hitam.
“Dagingnya mengandung imunoglobulin, asam linoleat, dan bahan anti-karsinogenik yang sulit ditemukan di jenis daging lainnya,” ujar seorang pejabat di peternakan angsa hitam di Daerah Jongpyong kepada DPRK Today.
Selain angsa hitam, pemerintah Korut melalui media-media propagandanya juga meminta warga untuk beternak kelinci untuk memenuhi kebutuhan pangan.
Meski sebagian publik menganggap perintah ini aneh, tapi sejumlah pakar tak begitu heran karena daging kelinci memang biasa dijadikan makanan di berbagai daerah di dunia. (cnnindonesia)